Titipku – Kecanduan memang memiliki makna yang konotatif, yaitu ketergantungan terhadap sesuatu yang berlebihan. Ketika mendengar diksi ‘kecanduan’, masyarakat mungkin mengira seseorang memiliki ketergantungan terhadap narkotika, rokok, atau minuman keras. Namun, pernahkah Anda mendengar kecanduan gula?
Kandungan yang terdapat di dalam gula memang diperlukan untuk metabolisme tubuh kita. Akan tetapi, konsumsi gula yang berlebih tentu akan merusak tubuh, seperti diabetes maupun obesitas. Bagi beberapa orang awam, kecanduan gula mungkin terdengar aneh. Namun, sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa gula dapat menimbulkan kecanduan. Kecanduan gula adalah salah satu dari bentuk kecanduan yang paling umum yang tidak banyak diketahui orang. Hal ini disebabkan karena kita tidak pernah tahu bahwa gula dapat mengakibatkan candu. Menurut beberapa penelitian, gula memiliki karakteristik yang serupa dengan zat-zat adiktif lainnya.
Palatabilitas
Palatabilitas, menurut KBBI, artinya “kemampuan untuk merasa, mencicipi, dan mengecap (makanan dan sebagainya)”. Namun, dilansir dari Wikipedia, palatability memiliki makna kenikmatan hedonik yang diberikan oleh makanan atau minuman bergantung dari keadaan homeostasis individu. Kenikmatan tersebut akan menurun setelah mengonsumsi makanan atau minuman terkait dan meningkat ketika lapar. Makanan atau minuman yang memberikan efek tersebut, tidak hanya terasa enak di lidah, tetapi juga membuat kita ingin terus mengonsumsinya. Gula adalah salah satu jenis makanan yang memiliki efek tersebut. Pada dasarnya, alasannya cukup sederhana: manusia membutuhkan kalori untuk bertahan hidup. Sehingga, kita cenderung menyukai makanan yang berkalori tinggi.
Nilai Hedonik
Nilai hedonik atau hedonic value adalah besaran intensitas kenikmatan yang dinikmati seseorang ketika mengonsumsi makanan atau minuman. Gula memiliki hedonic value yang cukup tinggi, yaitu 10 persen. Nilai ini lebih dikenal dengan bliss point, yaitu nilai di mana gula dapat memberikan kenikmatan yang optimal ketika dikonsumsi. Penyaji makanan-makanan manis, seperti hotel dan restoran, membuat makanan mereka sedekat mungkin dengan bliss point untuk membuat konsumen mereka merasakan kenikmatan dan terus ingin mencicipi makanan tersebut lagi dan lagi.
Dorongan untuk terus mencicipi
Mengonsumsi gula dapat mendorong individu untuk terus mencicipi makanan serupa, meskipun sebenarnya ia tidak lapar. Hal ini disebabkan karena kepuasan yang didapatkan saat mencicipi makanan tersebut. Semakin sering seorang individu mengonsumsi makanan yang menurutnya nikmat, semakin sering ia akan melakukannya.
Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan gula menjadi adiktif. Dalam berbagai narasi budaya populer, seperti film maupun anime, banyak menceritakan bahwa gula memang jenis makanan yang tergolong adiktif. Misalnya, dalam Kingsman: The Golden Circle, karakter antagonis menuntut PBB dan presiden AS untuk melegalkan ganja dengan alasan yang cukup sederhana: gula dilegalkan meskipun ia memiliki sifat adiktif, sedangkan ganja tidak dilegalkan. Sama seperti Kingsman: The Golden Circle, karakter L dalam Death Note pun digambarkan memiliki ketergantungan terhadap makanan manis. Ia dapat mengonsumsi banyak sekali makanan dan minuman manis dalam sehari untuk membantunya berpikir.
Terlepas dari kecanduan yang diberikan, gula sudah menjadi salah satu dari berbagai kebutuhan dasar makanan manusia untuk bertahan hidup. Untuk itulah pemerintah memasukkan gula ke dalam Sembilan Bahan Pokok (Sembako). Gula tetap masih aman jika dikonsumsi dalam batas wajar. Untuk mendapatkan sembako dengan cara mudah, masyarakat dapat berbelanja di Aplikasi Titipku. Aplikasi ini menyediakan berbagai sembako yang dijual oleh pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tunggu apalagi? Yuk mulai ikut memajukan UMKM dengan berbelanja lewat Aplikasi Titipku!