“Ketoprak kan memang identik dengan Cirebon. Bahannya juga mudah didapat karena ada yang antar juga.”
Titipku.com – Ketoprak atau kethoprak adalah sajian dari perkawinan ketupat, toge, tahu, juga bihun yang disiram dengan bumbu kacang. Makanan ini biasanya menjadi menu sarapan atau makan siang.
Dari sekian banyaknya warung usaha ketoprak, ada satu yang menarik kami untuk singgah sebentar saat menyusur Jl. Bugisan Selatan. Tepat di sebrang gerbang Kampus SMKI, SMM, SMSR. Ada sosok lelaki paruh baya yang akrab dikenal dengan pak Gondrong.
Bernama asli Wahyudi atau pak Yudi, ia sudah menjalani profesi sebagai tukang ketoprak selama dua tahun di kawasan Jalan Bugisan. Sebelum menempati ruko, ia berjualan persis di depan kawasan gerbang SMKI, SMM, SMSR.
Menjadi seorang pedagang sudah menjadi profesi yang digelutinya dari tahun ke tahun. Katanya, sebelum bergelut di Ketoprak Cirebon ini, ia adalah seorang pedagang warung Pecel Lele. Pun sebelumnya lagi, ia adalah seorang tukang nasi goreng. Pecel lele sudah tidak ia lakoni, namun nasi goreng masih ia pertahankan. Lantas, apakah satu area? Untuk usaha nasi gorengnya ia jalani bersama sang istri dan sudah dibantu oleh beberapa karyawannya di Jl. Godean. Lokasi yang cukup berjarak, namun kesana kemari untuk mengembangkan usahanya dengan tekun ia jalani.
Lelaki yang kedapatan berasal dari Lampung ini memilih sebagai perantau dengan menghuni rumah kontrakan yang berada di Kawasan Jomegatan. Eksistensi ‘pak Gondrong’, panggilannya oleh orang sekitar, sudah hadir sejak ia berjualan Pecel Lele di kawasan Jl Bugisan. Namun karena kekurangan tenaga alhasil ia berhenti dan beralih ke jualan Ketopraknya yang dirasa bisa ia handle. Sebagai penjual Ketoprak, ia tidak dibantu oleh siapapun.
“Bahan-bahannya ada yang antar sendiri seperti ketupat. Kalau bumbu kacangnya ini di blender supaya lebih cepat dibanding di ulek. Kalau kerupuk ini istri yang goreng.” ujarnya sembari sesekali buat lawakan.
Ia juga menambahkan bumbu dapur untuk mempertahankan citarasa khas Ketoprak Cirebonnya dengan racikan inisiatif tangannya.
Mengantongi penghasilan Rp. 500 ribu per harinya bukanlah pendapatan pasti sebagaimana kebanyakan pedagang lainnya. Tidak ada jam kerja. Namun jika kamu ingin menyantap Ketoprak Cirebon racikan pak Yudi ini kamu sudah bisa menjumpainya dari jam 6 pagi.
“Saya kalau malam tahun baru memang tidak jualan, rasanya riuh penuh dan banyak orang. Jadi liburnya biasanya pas tahun baru itu pulang ke Lampung.” terang bapak satu anak dan satu cucu ini.
Jualan naik turun itu biasa, katanya. Karena pernah beberapa menjelang dan saat libur sekolah penghasilan merosot. Namun ia tidak keluhkan hal itu karena baginya rezeki itu bagi–bagi.
“Rezeki itu bagi-bagi. Kadang pas sedang laku keras bisa untung lebih. Tapi pas sedang tidak laku ya pernah sisa. Tapi saya yakin keesokannya akan lebih laris lagi.”
Ia juga tidak sungkan untuk mengajarkan kepada siapa saja yang ingin membuka usaha.
“Hidup itu harus terus banyak belajar. Jangan malu bertanya, kalau malu bertanya nanti susah sendiri. Ibarat mau berjodoh aja harus tanya dulu, tanya bapak dan ibunya misalnya.” imbuhnya diiringi tawa renyah.
Ayo Menjelajah!
Kami sudah menjelajah UMKM Indonesia seperti Ketoprak Cirebon ini. Kamu juga bisa posting usaha UMKM manapun agar tulang punggung perekonomian Indonesia semakin maju!
Titipku membantu Digitalisasi UMKM melalui Penjelajah untuk memajukan Perekonomian Indonesia. #AyoMenjelajah