add_action('wp_head', function(){echo '';}, 1);{"id":5837,"date":"2019-09-10T14:13:23","date_gmt":"2019-09-10T07:13:23","guid":{"rendered":"https:\/\/blog.titipku.com\/?p=5837"},"modified":"2022-09-20T15:57:29","modified_gmt":"2022-09-20T08:57:29","slug":"resep-rahasia-kelezatan-tahu-sumedang-asli-jawa-barat","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/titipku.com\/blog\/resep-rahasia-kelezatan-tahu-sumedang-asli-jawa-barat\/","title":{"rendered":"Resep Rahasia Kelezatan Tahu Sumedang Asli Jawa Barat"},"content":{"rendered":"

Titipku<\/strong> <\/a>– Tahu asli\u00a0Jawa Barat\u00a0ini mungkin sudah melegenda bagi pecinta makanan olahan kedelai. Seperti namanya, tahu ini berasal dari daerah Sumedang, Jawa Barat. Tahu ini juga dikenal sebagai makanan olahan kedelai khas orang Sunda.<\/p>\n

Tahu Sumedang ternyata memiliki cita rasa dan tekstur unik dibanding dengan tahu pada umumnya. Dilansir melalui AgroMedia<\/a> tahu sumedang setelah digoreng dengan bumbu yang sama, menghasilkan bentuk yang berbeda dari tahu goreng biasanya.<\/p>\n

Koagulan yang dipakai adalah sisa dari penggumpalan tahu, disebut larutan biang yang disimpan selama 2\u20133 hari, yang prosesnya menggunakan asam cuka.<\/p>\n

Tahu ini bisa mengalami perubahan rasa setelah beberapa jam dibeli jika dibuat secara tradisional, kedelai asli tanpa pengawet. Rasa gurih berubah menjadi asam, kulit yang garing menjadi liat.<\/p>\n

Tapi Sumedang dapat disiasati dengan penyimpanan di kulkas. Penggorengan yang tepat yaitu dalam minyak yang panas atau menguap, api besar, daya muat penggorengan, serta jumlah tahunya.<\/p>\n

\"tahu<\/a><\/div>\n
sumber:\u00a0www.titipku.com<\/a><\/div>\n

Tahu Sumedang<\/a>\u00a0sendiri juga memiliki cerita unik dibalik penemuannya. Tahu ini ternyata ditemukan oleh leluhur Tionghoa yang berimigrasi ke Indonesia. Dilansir Sumedangkab.go.id cerita bermula dari kreativitas yang dimiliki oleh imigran Cina, Ong Kino dan istrinya yang menjadi perintis untuk memproduksi tahu di Sumedang yang awalnya dibuat dari kedelai lurik yang mirip telur puyuh.<\/a><\/p>\n

Tahun demi tahun, Ong Kino beserta istrinya terus menggeluti usaha mereka hingga sekitar tahun 1917, dan anak tunggal mereka bernama Ong Bung Keng untuk melanjutkannya. Ong Bung Keng kemudian melanjutkan usaha keduaorangtuanya yang memilih kembali ke tanah kelahiran mereka di Hokkian, Republik Rakyat Tiongkok.<\/p>\n

Melalui generasi Ong Bung Keng yang terus melanjutkan usaha yang diwariskan dari kedua orang tuanya hingga akhir hayatnya di usia 92 tahun. Di balik kemasyhuran tahu Sumedang ada pula kisah seperti yang diceritakan cucu dari Ong Kino, Suryadi.<\/p>\n

Sekitar tahun 1928, konon suatu hari tempat usaha sang kakek buyutnya, Ong Bung Keng, didatangi oleh Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja yang kebetulan tengah melintas dengan menggunakan dokar dalam perjalanan menuju Situraja, Sumedang. Kebetulan, sang pangeran melihat seorang kakek sedang menggoreng sesuatu.<\/p>\n

Pangeran Soeria Atmadja langsung turun begitu melihat bentuk makanan yang amat unik serta baunya yang harum. Sang bupati,<\/p>\n

Pangeran Soeria Atmadja kemudian bertanya kepada sang kakek, “Maneh keur ngagoreng naon? (Kamu sedang menggoreng apa?)”.<\/em><\/p>\n

Sang kakek berusaha menjawab sebisanya dan menjelaskan bahwa makanan yang ia goreng berasal dari tahu. Karena penasaran, sang bupati langsung mencicip satu. Setelah mencicipi, bupati secara spontan berkata dengan wajah puas,<\/p>\n

“Enak benar masakan ini! Coba kalau kamu jual, pasti laris!”.<\/em> Tak lama setelah kejadian ini, tahu digemari oleh penduduk Sumedang dan kemudian sampai ke seluruh Indonesia.<\/p>\n

Nah selain cerita asal muasal Tahu Sumedang, ternyata tahu legenda ini juga memiliki rahasia dibalik kelezatannya yang tak lekang oleh waktu.<\/p>\n

Dilansir melalui Goodnewsfromindonesia.id<\/strong> kelezatan Tahu Sumedang<\/a> berasal dari kandungan air di daerah Sumedang yang beda seperti mata air panas, mata air rasa asin, dan maa air rasa asam di blok sawah Cipanas.<\/p>\n

Tak cukup sampai disitu, ternyata ada rahasia lain dibalik proses pembuatannya. Berikut 7 diantaranya yang dikutip dari buku Indonesia Poenja Tjerita:<\/p>\n