add_action('wp_head', function(){echo '';}, 1);{"id":5430,"date":"2019-08-05T16:29:30","date_gmt":"2019-08-05T09:29:30","guid":{"rendered":"https:\/\/blog.titipku.com\/?p=5430"},"modified":"2019-08-05T16:29:30","modified_gmt":"2019-08-05T09:29:30","slug":"filosofi-si-batik-parang-yang-dikenal-sakral","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/titipku.com\/blog\/filosofi-si-batik-parang-yang-dikenal-sakral\/","title":{"rendered":"Filosofi si Batik Parang yang Dikenal ‘Sakral’"},"content":{"rendered":"
Titipku<\/a> – Batik milik Indonesia asli telah dipatenkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi (<\/span>Masterpieces of the Oral and Intengible Heritage of Humanity). <\/span><\/i>Pengakuan ini menjadi pengakuan Internasional terhadap budaya Indonesia.<\/span><\/p>\n Setiap tanggal 2 Oktober, dinyatakan sebagai hari batik nasional.<\/a> Meski batik berasal dari daerah Jawa, eksistensinya sudah skala nasional. Kain ini memang sangat cocok dikenakan untuk acara-acara formal. Tapi kini banyak juga yang memakai batik untuk pakaian sehari-hari.\u00a0<\/span><\/p>\n Sebagai warisan budaya dari nenek moyang Indonesia, tentu motif yang terkandung pada batik ada yang memiliki filosofi. Meski saat ini ada ribuan motif batik. Permintaan kain batik yang tinggi juga memicu produsen batik menggunakan teknologi yang lebih canggih untuk bisa memenuhi permintaan tersebut.\u00a0<\/span><\/p>\n Motif Parang Rusak, Instagram via @gurujulius<\/p><\/div>\n Dulu, motif batik \u201cdigambar\u201d secara manual oleh tangan-tangan para pengrajin. <\/span>Malam <\/span><\/i>(cairan khusus untuk membatik) ditorehkan pada kain mori menggunakan <\/span>canting. <\/span><\/i>Sebutan untuk batik ini adalah batik tulis<\/a>. Tak heran jika membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menjadi satu lembar kain batik dengan ukuran rata-rata 1×1.5 meter.<\/span><\/p>\n Saat ini banyak kain batik yang diproduksi dengan cara dicap, sehingga pengerjaannya lebih cepat. Motifnya tak kalah cantik dan juga beragam. Harganya juga lebih murah jika dibandingkan dengan batik yang dibatik secara konvensional.<\/span><\/p>\n Secara umum, motif\u00a0 pada batik memiliki kesan yang sangat unik dan sangat tradisional. Tak heran jika banyak orang yang menggemari kain yang satu ini. Batik dapat dikenakan oleh semua orang. Namun, ternyata ada beberapa motif batik yang disakralkan. Seolah seperti peraturan yang tidak tertulis, pemakaian motif ini tidak boleh sembarangan. Pada konteks ini, ada banyak sekali motif batik tetapi tidak semua orang memahami makna yang terkandung pada motif batik.<\/span><\/p>\n Motif-motif batik yang disakralkan ini dianggap memiliki makna yang mendalam. Dikutip dari laman pantau.com, terdapat doa dan harapan yang terkandung didalamnya. Menurut desainer Era Soekamto, sebaiknya pahami dulu motif yang ada kain batik sebelum dipadupadankan dengan busana lain.\u00a0<\/span><\/p>\n \u201cParang\u201d adalah salah satu motif batik yang tidak boleh sembarangan dikenakan. Motif ini cukup populer di Jawa dan termasuk sebagai motif paling tua di Indonesia. Kata Parang berasal dari \u201cpereng\u201d atau <\/span>lereng<\/span><\/i> atau tebing yang berbentuk mirip seperti jajaran huruf \u201cS\u201d, berbaris diagonal dengan sudut kemiringan 45 derajat seperti yang ada pada motif batik ini.\u00a0<\/span><\/p>\n Motif ini memang sederhana sehingga banyak orang yang bisa mendapatkannya dengan mudah dengan harga yang terjangkau. Tapi jika dirunut dari sejarahnya, motif batik Parang mengandung filosofi yang sangat mendalam.\u00a0<\/span><\/p>\n Dilansir dari laman okezone.com, motif Parang memiliki filosofi yang berarti pantang menyerah seperti ombak laut yang tidak pernah berhenti bergerak. Bentuk huruf \u201cS\u201d memang diadaptasi dari bentuk ombak lautan, menggambarkan semangat yang tidak pernah padam.\u00a0<\/span><\/p>\n Sumber: https:\/\/indonesianbatik.id\/<\/p><\/div>\n Bentuk huruf \u201cS\u201d saling terkait dengan yang lainnya dan saling menjalin. Susunan motif batik ini menggambarkan jalinan yang terus tersambung atau berkesinambungan. Simbol pada sesuatu yang tidak putus, baik dalam upaya memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, bentuk pertalian keluarga, menjaga hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan Yang Maha Kuasa.\u00a0<\/span><\/p>\n