add_action('wp_head', function(){echo '';}, 1);{"id":2537,"date":"2018-10-23T14:30:05","date_gmt":"2018-10-23T07:30:05","guid":{"rendered":"https:\/\/blog.titipku.com\/?p=2537"},"modified":"2018-10-24T12:18:59","modified_gmt":"2018-10-24T05:18:59","slug":"pasar-kaki-langit-mangunan-bantul","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/titipku.com\/blog\/pasar-kaki-langit-mangunan-bantul\/","title":{"rendered":"Pasar Kaki Langit Mangunan Bantul, Embrio yang Langsung Berkembang"},"content":{"rendered":"

Titipku.com<\/strong> – Pagi itu kami menyapa pagi dengan singgah ke salah satu destinasi unik bernama Pasar Kaki Langit. Pasar Kaki Langit menjadi bagian dari desa wisata yang digagas oleh padukuhan Mangunan, salah satu wilayah di Jogja Lantai 2. Untuk mencapai ke lokasi, kami, tim Titipku<\/strong><\/a> menyusur jalan dari kota melalui jalan Imogiri Timur dengan waktu sekitar setengah jam pada hari (Sabtu 20\/10\/2018)<\/p>\n

Beruntung pada pagi itu kami berkesempatan untuk berjumpa dengan salah satu pengelola yakni pak Suparman.\u00a0Pasar Kaki Langit ini ternyata masih muda. Kawasan ini dibuka dari tanggal 23 Desember 2017, belum ada satu tahun bukan tapi sudah se-keren ini!<\/p>\n

Ide awal desa wisata kaki langit tidak lain bermula dari pengelola. Gagasan-gagasan dari masyarakat dikumpulkan lalu dirembug dan diputuskan untuk ini. Ada kelembagaan, ada pengelolaan, ada pokdarwis. Pokdarwis menaungi yang di desa, sementara pengelolaannya kaki langit hanya ada di padukuhan Mangunan.<\/p>\n

Sebagai pengelola, pak Suparman bersama lima rekan lainnya mengelola pasar kaki langit ini sudah menjadi tugas hariannya. Beliau merangkap kegiatan setiap hari Sabtu dan Minggu mulai dari jam 6 pagi hingga jam 12 siang. Pengelolanya memang terlihat sedikit, namun anggotanya sendiri ada banyak lho.<\/p>\n

\"pasar

lapak pedagang pasar kaki langit – dokumentasi Titipku<\/p><\/div>\n

Pedagang dengan Kuliner Khasnya<\/h2>\n

Untuk pedagangannya sendiri ada 12 lapak dengan sajian kuliner yang berbeda-beda. “Pada awalnya saat pendaftaran ada beberapa orang, namun sekarang ini baru bisa menyediakan 12 lapak belum ada penambahan. Awalnya penawaran lapak dengan segala fasilitasnya banyak sekali yang berminat yakni ada sekitar 30. Namun pada akhirnya kami acak, kami pilih yang memungkinan.”<\/em> terang pak Suparman.<\/p>\n

“Ini benar-benar untuk pemberdayaan masyarakat. Yang sudah ada homestay, yang sudah punya warung yang lain, yang mungkin hidupnya sudah layak tidak kami diberi fasilitas ini. Ini benar-benar untuk yang membutuhkan pekerjaan sampingan.”<\/p><\/blockquote>\n

Keunikan Koin Kayu sebagai Uang Pembayaran<\/h2>\n
\"pasar

koin pasar kaki langit – dokumentasi titipku<\/p><\/div>\n

Ide unik lagi dari pasar Kaki Langit ini adalah koin kayu. Gagasan ini rupanya diambil dari jaman Majapahit dulu. “Pada jaman Majapahit kan belum ada uang. Kalau waktu dulu belanja pakai kreweng atau pecahan genteng. Kami ubah, kalau untuk pecahan genteng untuk meminimalkan rupiah kami ubah untuk koin.”<\/em>\u00a0Ia menambahkan bahwa untuk meminimalisir rupiah itu mereka agak kesulitan. Termasuk masyarakat sekitar juga agak kesulitan. Sehingga untuk belanja harus menukarkan dengan koin kayu tersebut. Masyarakat disini juga telah diedukasi kalau mau belanja harus ditukarkan dulu dengan koin ini.<\/p>\n

“Jangan sampai tamu datang, belanja dengan tukar koin justru masyarakat tidak tahu. Harusnya masyarakat sini belanja nya juga pakai koin. Makanya kami ganti dengan menggunakan koin tersebut. Balik ke jaman Majapahit.”<\/em><\/p>\n

Makanannya Edisi ‘Jadul’<\/h3>\n
\"pasar

kuliner pasar kaki langit – dokumentasi Titipku<\/p><\/div>\n

Khusus makanan di kaki langit ini sajiannya spesial dengan makanan tradisional yang hampir sudah tidak ada sekarang. Berkat pasar Kaki Langit ini pengelola berhasil eksiskan kembali makanan edisi ‘jadul’ tersebut. Adapun makanannya seperti jenang\/bubur, makanan dari ketela, nasi jagung, nasi merah, dan thiwul. “Di sini adalah khusus makanan lokal, tidak boleh masuk makanan yang lain. Kalau makanan yang sachetan, minuman kaleng, tidak diperbolehkan berada di lokasi pasar kaki langit ini. Kopipun, kopinya harus kopi hitam. Jadi balik ke tradisional.”\u00a0<\/em><\/p>\n

Selain itu, ada kantong yang bisa dijadikan wadah koin tersebut. Kantongnya cukup menarik dengan warna cokelat yang mewakili warna kayu. Tidak lain tidak bukan adanya kantong ini adalah mengikuti tren jaman dulu. Ingat film legenda-legenda jaman dahulu sering kita lihat kantong kain seperti itu. Hanya memang tidak dibuat yang tradisional sekali seperti jaman dulu. Lebih untuk brand saja.<\/p>\n

Baca Artikel Lainnya:<\/p>\n

    \n
  1. 5 Kuliner Murah Merakyat Tetapi Enak di Yogyakarta<\/a><\/li>\n
  2. Beringharjo Tak Hanya Batik, Cecapi 10 Kuliner Ini<\/a><\/li>\n<\/ol>\n