Titipku<\/strong><\/a> – Tidak terheran rasanya menilik banyak pasar yang ada di Jogja. Pasarnya pun tidak sekedar pasar belaka. Pasar-pasarnya sarat akan sejarah dan budaya. Sebut saja Pasar Beringharjo, Pasar Demangan, Pasar Legi Kotagede, dan juga pasar Condongcatur.<\/p>\nSesuai dengan namanya, pasar Condongcatur adalah pasar yang berlokasi di Condongcatur. Tepatnya di Jalan Ring Road Utara, Depok, Sleman. Kalau kalian tahu Jogja International Hospital (JIH), maka tujuan kamu ke pasar Condongcatur hanya lurus ke timur sekitar 3 menit lagi. Kebetulan, pasar ini juga berdekatan dengan beberapa kampus, sehingga tidak heran hilir mudik pengendara kawasannya adalah mahasiswa.<\/p>\n
<\/p>\n
Dimulai dari fajar menyingsing, sekerumunan warga paruh baya mulai memamerkan dagangannya. Kamu bisa mulai lihat aktivitas paginya dari muka pasar ini. Ibu-ibu hilir mudik menata dan melengkapi dagangannya, ada yang sudah mulai menyiapkan paketan jajanan pasar yang akan dijual pagi ini.<\/p>\n
Memang, pasar Condong Catur menjadi pasar yang mempunyai aktivitas paling ramai pada pagi hari. Memasuki kawasan pasar, siapkan diri untuk berbelok menerima ajakan ibu-ibu muda, bahkan yang sudah bukan usianya lagi menjajakan dagangan, demi melihat-lihat sayur mayurnya. Atau kamu akan tetap lurus mencari yang kamu butuhkan.<\/p>\n
<\/p>\n
Suasana Pasar Condongcatur<\/h2>\n
Dari luas bangunan sekitar 9.134 meter persegi, pasar ini menampung 258 pedagang. Di pasar Condong Catur kamu bisa menjumpai sejumlah bahan kebutuhan seperti daging, sembako, sayuran, buah-buahan, jajan pasar, pakaian, dan rempah-rempah.<\/p>\n
\u201cMonggo<\/em> (silahkan) mbak, sayur-sayur wortel, kangkung murah \u2026\u201d kata ibu di barisan kanan dengan logat bahasa Jawanya.<\/p>\n\u201cbawang-bawang mbak, cabe, monggo mampir.\u201d Sahutan ibu penjual rempah-rempah di sebrangnya.<\/p>\n
Penawaran-penawaran itu hampir tak pernah terjeda dalam waktu lama. Sesekali pembeli lewat, seolah menjadi primadona di karpet merah, lalu para pedangang tersebutlah wartawan, cameramen. Riuh pasar di pagi hari.<\/p>\n
<\/p>\n
Lalu di sudut lain, simbah-simbah dengan baju batik berbalut tapih (jarik) itu senyum, menawarkan daganganya lirih, tak sesemangat ibu-ibu di depan tersebut. Sayuran hijau: bayam, kangkung, menawarkan dengan nada memohon sedikit memaksa seolah dari tatapannya \u201csudah mbak, ini aja beli murah lho.\u201d Sekeras itukah ya mbah, kehidupan di panggung sandiwara ini?<\/p>\n
Tidak satu yang membuat tangan ini tergerak untuk membeli. Bahkan ditawarpun ia tak apa. Bayam yang kamu beli di pasar modern mungkin 5 ribu, kamu bisa mendapatkannya hanya 2 ribu rupiah. Selembar uang yang bagi sebagian masyarakat kita stigmanya untuk membayar parkir sepeda motor dan toilet umum. Malu hati terkadang melihat kehidupan di pinggiran kota ini berjuang mengais seribu dua ribu, sementara dengan gaji tinggi di belahan lainnya masih belum bersyukur.<\/p>\n
Membeli berarti membantu mereka melangsungkan kehidupan di usia senja. Titipku bisa menjadi perantara kamu untuk membelikan olahan masakan dari dagangan mereka di pasar terdekatmu, seperti Pasar Condongcatur. Pesan yuk \ud83d\ude42<\/p><\/blockquote>\n