Dibalik Manisnya Terang Bulan Jadul, Ada Secarik Kisah Pak Sentot Sembari Nostalgia Masa Kecil
Titipku.com – Menjelajah aspal kota Jogja, mata ini seolah mengintai segala yang terjadi di kanan kirinya. Tidak terlalu signifikan perubahan wajah kota Gudeg ini. Becak yang membawa wisatawan dengan tukangnya yang mengalungkan handuk, pun dengan kuliner khasnya yang dipertahankan. Mulai dari lampu sudut kota, wisata, hingga penghuninya entah mengapa selalu membuat rindu.
Dedaunan di bahu-bahu jalan menutupi terik yang mulai menyingsing. Dan akhirnya mata dan hati ini tergerak untuk berhenti pada seorang lelaki paruh baya yang mengenakan ‘kupluk’. Sejenak nostalgi masa kecil dengan menyecap kudapan Terang Bulan Djadoel Jogja/Terang Bulan Jadul Jogja.
Belakangan, kue legendaris era 90-an ini kembali eksis. Ada beberapa titik yang bisa kamu singgahi untuk membeli Terang Bulan Djadoel ini salah satunya Terang Bulan Jadul Pak Sentot Priantoro. Lokasinya tidak jauh dari Pamella Supermarket ke arah timur menuju Gembira Loka.
Ada Pahit dibalik Manisnya Terang Bulan Jadul
Rupanya lelaki paruh baya ini berasal dari Manyaran, Wonogiri, Jawa Tengah. Seharinya ia berjualan dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Sebelum menjajakan jajanannya ini, beliau mengambil kue ‘Terang Bulan Djadoel’ di tempat produsen. Barulah ia mengayuh sepedanya menuju pangkalan Terang Bulan Djadoelnya yakni di kawasan Jalan Kusumanegara. Dulu ia pernah berjualan di Solo. Namun lapaknya ikut tergusur karena adanya proyek jembatan layang dan akhirnya memutuskan untuk pindah dan menyambung hidup sebagai perantau kota Jogja.
Labirin lika-liku hidup pun ia jalani. Siapa sangka, sebelum menjadi seorang penjaja kue Terang Bulan Djadoel, beliau adalah seorang kuli bangunan. Namun, karena kecelakaan motor dan kurang tenaga untuk angkat berat lagi, maka beliau berjualan kue Terang Bulan Djadoel ini.
“Jatuh dari motor sampai tangannya tidak bisa buat mengangkat sama kakinya. Ya itu akhirnya saya ikut Terang Bulan Djadoel, jualan.” katanya sembari menunggu pelanggan.
Penasaran dengan penjualannya, kami sempat menanyakan kiranya penghasilan yang ia kantongi per harinya. Apakah sudah menutupi kebutuhan? Kamu bisa menghitungnya sendiri. Per lembar kue Terang Bulan Djadoel ini ia banderol seharga Rp. 6000,-. Ya, namanya usaha, kata pak Sentot pendapatan per hari tidak pasti.
“Kalau saya bawaya dikit-dikit. Yang penting habis 50 dulu. Insha Allah kalau ramai, kira-kira habis jam dua belas apa jam satu, nanti ambil lagi, 50 lagi. Kalau ada waktu longgar sampai jam 5 baru nanti pulang.”
Selain musibah menimpa dirinya, ternyata musibah juga menimpa anaknya yang pertama yakni sakit sejak SMP hingga SMA. Namun perjuangan beliau untuk mencukupi kebutuhan keluarga tak pantang hanya karena tersendat musibah. Seluruh penghasilannya diberikan kepada istrinya yang tinggal terpisah di Wonogiri untuk keseharian istri dan anaknya yang sakit-sakitan. Sedemikian sederhananya pak Sentot ini.
“Saya ya kalau dapat rejeki lumayan, bisa ngumpul anak dan istri. Dapat rezeki berapa pasti saya kasihkan istri saya semua.” imbuhnya.
Sehari-hari pak Sentot hanya meminta ongkos transport untuk berdagang agar tetap cukup untuk biaya berobat anaknya serta menghidupi keluarga kecilnya. Berapapun rezeki yang ia bawa, adalah hasil syukur yang ia panjatkan disertai doa sebagaimana pesannya kepada kami saat itu.
“Pesan saya yang penting kita harus bersyukur dan menerima apa adanya. Berdoa agar dikabulkan rezeki kita.”
Terang Bulan Djadoel yang diselimuti semangat juang bapak mantan kuli bangunan ini patut diapresiasi. Saatnya ulurkan tangan untuk membantu UMKM Naik Kelas.
Artikel Menarik Lainnya: Sepenggal Tentang Mbah Tumir Penjual Ubi Rebus di Jogja
Kamu Bisa Beli Terang Bulan Djadoel Melalui Aplikasi Titipku!
Memang bukan kuliner khas Jogja/jajanan khas Jogja, namun terang bulan jadul ini cukup populer di kalangan masyarakat khususnya anak-anak. Bahkan, penggemarnya sudah merambah ke orang dewasa apalagi anak generasi 90-an.
Mungkin kamu juga penasaran, terang bulan itu makanan apa. Nah sekilas kudapan ngangenin ini menyerupai martabak. Mungkin memang masih satu keluarga dengan martabak. Bedanya, tekstur Terang Bulan Jadul ini empuk dan kenyal dengan ukuran yang lebih kecil daripada martabak pada umumnya. Lebih tepatnya seperti pancake. Rasanya manis karena perpaduan dari meses dan susu kental manis cokelat. Tidak lupa olesan margarin sebelum ditaburkan isian.
Titipku membantu Pak Sentot dan UMKM lainnya agar produk mereka dapat dibeli melalui aplikasi Titipku. Kamu juga bisa! Titipku membantu Digitalisasi UMKM melalui Penjelajah untuk memajukan Perekonomian Indonesia. #AyoMenjelajah
Download Aplikasi Titipku: play.google.com/store/apps/details?id=com.titipku.alpha
-
Roti Terang Bulan Mas Jun, Roti Jadul yang Masih Eksis – Titipku 23 January 2020[…] Jun adalah salah satu penjual roti terang bulan di Jogja. Dia berkeliling dengan sepeda di sekitaran Kampus UGM terutama di daerah Jalan Kaliurang. Mas Jun […]