Indonesia sangat kaya akan budaya dan tradisi. Wilayah geografis yang sangat luas membuat banyak terjadi suatu tradisi dan budaya khas yang dimiliki di masing-masing wilayah. Tradisi pembuatan seni kerajinan gerabah sudah lama menjadi tradisi dalam perkembangan kebudayaan penduduk Indonesia. Sebenarnya masyarakat mulai mengenal seni kerajinan sejak dikenal tradisi bercocok tanam. Berbagai bentuk-bentuk perkakas dan perlengkapan dapur seperti tungku, periuk, kendi, gentong, cobek, jambangan, dan lain-lain dalam ukuran besar maupun kecil. Produk seni kerajinan gerabah masih bertahan sampai sekarang. Gerabah sebagai hasil dari aktivitas hidup merupakan warisan nenek moyang. Berbagai fungsi dan kegunaan bisa didapatkan dari produk gerabah misalnya perlengkapan alat rumah tangga. Fungsi gerabah terus berkembang mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan manusia itu sendiri. Bermula dari pembuatan benda-benda yang diciptakan manusia untuk kepentingan praktis dalam kehidupan sehari hari. Saat ini gerabah sudah banyak digunakan sebagai hiasan untuk menambah nilai estetika.
Salah satu sentra gerabah terbesar adalah di Kasongan, Bantul, DIY. Kota Yogyakarta memang banyak memiliki budaya dan kesenian yang terkenal di Indonesia bahkan sampai mancanegara. Banyak pelancong baik dari lokal maupiun mancanegara yang mengunjungi kota ini. Kasongan merupakan salah satu daerah Kabupaten Bantul yang sebagian besar profesi masyarakatnya adalah perajin maupun penjual gerabah. Gerabah terbuat dari tanah liat dan pembuat gerabah disebut sebagai Kundhi (pengolah tanah jenis body earthware). Kerajinan membuat gerabah sudah dilakukan secara turun temurun sejak tahun 1830 hingga saat ini sehingga menjadi sentra gerabah di Yogyakarta.
Usaha yang dilakukan secara turun temurun ini tidak lantas membuat posisi tawar pengrajin menjadi kuat. Harga, model, jumlah pesanan produk, dan cara pembayaran masih banyak ditentukan oleh para pengepul. Tipe usaha di kasongan, ada yang kecil, menengah, dan yang besar. Pengusaha kecil biasaya memiliki karyawan sekitar 6-19 orang dan melakukan produksi pembuatan gerabah hingga proses pembakaran saja. Peningkatan produk dair tahun ke tahun mulai memperhatikan aspek keindahan sehingga dilakukan proses finishing setelah pembakaran. Jumlah modal yang terbatas sehingga pengusaha kecil mulai melakukan kerjasama dengan unit yang lebih besar dan mulai menggali berbagai pengetahuan untuk diadopsi.
Aspek pemasaran unit usaha kecil bisa menembus berbagai pasar domestik misalnya lintas provinsi. Pelaku usah asudah bisa mencari para pelanggan melalui berbagai cara seperti lewat internet maupun jejaraing bisnis lainnya. Pelaku usaha sudah bisa mendesain produknya sendiri dan melakukan diferensiasi dan kombinasi bahan baku produksi dengan menggunakan batu melalui produk stone-craft (kerajinan batu), wood-craft (kerajinan kayu), dan gipsum. Para pengusaha gerabah dalam skala yang besar juga sudah melakukan ekspor ke berbagai negara di Eropa. Hasil produk usah akecil juga banyak yang memenuhi kualitas ekspor.