Titipku.com – Siang mulai terik. Dahaga mulai tercekik. Butuh ruang teduh untuk meneduhkan diri dari sengatan mentari dan pemadam kehausan. Melintasi jalan Ipda Tut Harsono, kami menilik sebuah minuman yang membuat kami penasaran. Mirip seperti kelapa muda, namun putihnya lebih pekat. Ternyata minuman tersebut adalah es legen, sebuah minuman dari pohon lontar.
Apa Itu Es Legen?
Beberapa orang mungkin masih awam dengan jenis es satu ini. Legen sendiri merupakan cairan nira dari manggar/bakal buah pohon lontar. Secara fisik, pohon lontar mirip dengan pohon kelapa dan termasuk famili palm. Buahnya mirip kolang-koling.
Usut punya usut, pria yang akrab disapa mas Tonis ini berasal dari Tuban, Jawa Timur. Ia mengais rezeki di Jogja sebagai seorang penjual es legen di sebrang area Gaia Cosmo Hotel.
Seharinya, ia berjualan es legen dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Sementara penghasilannya juga bergantung pada musim. Manakala musim hujan seperti bulan Januari ini, penghasilannya merosot hampir setengahnya sendiri. Padahal saat musim panas, ia bisa menjual lebih banyak yakni sekitar 20 hingga 25 botol setiap harinya.
Jadi anak rantau sudah adalah pilihannya menyambung hidup. Di Jogja ini ia tidak sendiri. Ada bude yang juga berprofesi sebagai penjual es legen. Namun berbeda lokasi dengan mas Tonis ini. Usaha ini memang usaha keluarga. Ia menjadi reseller usaha budenya hampir tiga tahunan.
Segarnya es legen ini memang bisa menghempas dahaga ketika haus melanda. Rasanya segar dan manis. Paling enak diminum selagi dingin. Kala bulan puasa tiba, es legen ini biasanya diserbu sebagai minuman untuk buka puasa.
“Kalau yang paling banyak beli biasanya orang-orang proyek. Ya orang-orang yang sudah tahu es legen. Kalau mahasiswa justru jarang, paling beberapa mampir.”
Dari sepengalaman berjualan es legen ini, katanya es legen paling ramai terjual adalah sekitar jam 1 atau jam 2 siang. Ya, jam-jam matahari sedang terik dan menyengat kulit.
Selain berjualan es legen, ia juga memamerkan beberapa bungkus nasi. Dengan hanya berpayung lebar, kami juga menanyakan kabar saat adanya hujan angin. “Kalau hujan nasinya dimasukan ke gerobak. Kalau saya sendiri lari ke rumah. (sembari menunjuk ke rumah belakang lapaknya).”
Es legen yang dikemas botolan ini dijual seharga Rp. 3000,00 untuk botol kecil. Sedangkan Rp. 7000 untuk yang botol besar. Bisa terhitung kan berapa yang ia dapat dalam satu hari? Namun, berapapun yang ia dapatkan adalah rezeki setiap harinya untuk menyambung hidup. 🙂
Ayo Menjelajah!
Kami sudah menjelajah UMKM Indonesia seperti es legen mas Tonis ini. Kamu juga bisa posting usaha UMKM manapun agar tulang punggung perekonomian Indonesia semakin maju!
Titipku membantu Digitalisasi UMKM melalui Penjelajah untuk memajukan Perekonomian Indonesia. #AyoMenjelajah