Titipku – Warung yang ada di sekitar kita itu beragam, ya. Ada warung kopi, warung kelontong, juga warung makan. Ngomong-ngomong soal warung makan, berikut ini ada kiriman dari teman Ntip di kota Banjar tentang Perjalanan Warung Sakka lho. Cekidot.
Tilik Balik
Bu Lia, demikian sapaan akrabnya. Beliau memulai usaha produksi dan menjual makanan serta jajanan sejak 2014 ketika beliau masih lajang. Pada saat itu, beliau hanya jual kentang dan bakso goreng saja lho. Bu Lia memutuskan membuka usaha karena bosan main dan diam di rumah. Selain itu, beliau juga merasa sudah waktunya untuk isi waktu dengan hal-hal produktif. Oleh karena itu, Bu Lia mulai berjualan di rumah yang berdekatan dengan Madrasah. Konsumen Bu Lia adalah anak-anak yang sekolah agama di Madrasah tersebut.
Setelah berjalan tiga bulan, anak-anak dan warga sekitar menyarankan Bu Lia untuk menambah jenis produk. Pada akhirnya selain menambah jenis jajanan yang dijual, beliau juga menyewa warung kecil yang ada di samping rumah dan terletak di pinggir jalan Kampung Cibentang, Desa Mekarharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar.
Asal Usul Warung Sakka
Warung tersebut diberi nama “Warung Sakka”. Ada yang kepikiran nggak sih kok namanya Sakka ya? Hehe. Awalnya, nama “sakka” dijuluki oleh para pembeli yaitu dari kata “sakahayang” yang berasal dari Bahasa Sunda dan memiliki arti “semaunya”. Mereka memilih nama tersebut karena warung Bu Lia jarang buka dan beroperasi sesuai keinginan atau waktu luang Bu Lia. Sedangkan Bu Lia sendiri menganggap “sakka” merupakan kependekan dari “santai kalem”. Nah menurut kamu,Sakka apa? 😀
Untuk menambah konsumen, jam buka warung ditambah yang semula hanya dari pukul 12.00 sampai 21.00 WIB, sekarang dari pukul 09.00 sampai 21.00 WIB. Kemudian, Bu Lia aktif promosi setiap hari melalui Facebook dan WhatsApp. Selain itu, beberapa produk dijual dengan cara dititipkan di warung-warung lain yang lokasinya lebih strategis daripada Warung Sakka.
Untuk meningkatkan pelayanan, Bu Lia menyediakan jasa antar dengan jangkauan dalam kota dan ongkos kirim murah. Pada saat masih lajang, jasa antar tersebut dilakukan sendiri. Namun setelah menikah dan memiliki anak berusia 6 bulan, jasa antar dilakukan oleh suami. Sejak saat itu, jumlah pembeli bertambah dari berbagai daerah dan usia karena lokasi mudah dicari, dapat dimakan di tempat serta menyediakan jasa antar. Kamu yang rumahnya di Banjar, boleh dicoba nih! 😀
Tak menutup diri, mulai 2016 Bu Lia ikut berbagai pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah. Dari pelatihan tersebut, beliau mendapat banyak teman dan informasi jajanan yang sedang tren atau kalau bahasa sekarang itu ‘kekinian’. Teman seprofesi ini dapat saling merekomendasikan produk kepada konsumen masing-masing.
Hingga saat ini, Bu Lia menjual 18 jenis jajanan. Tiga belas diantaranya dijual di Warung Sakka dan promosi melalui media sosial yaitu bakso cuanki, seblak, gorengan tempe, gorengan tahu pedas, cilok, sosis, tempura, bakso goreng, nugget ayam, pisang crispy, roti bakar, kentang goreng, snack, minuman dingin dan jus.
Sementara itu, tiga jajanan lainnya dititipkan ke warung-warung orang lain yaitu makaroni, berondong dan lumpia kering. Dua jajanan lagi dijual khusus melalui Facebook dan WhatsApp yaitu salad buah dan brownies. Dari semua produk tersebut, menurut Bu Lia tidak ada yang lebih unggul karena semua produk memiliki konsumen masing-masing. Namun jika dilihat dari segi penjualan, bakso cuanki merupakan produk paling laku.
Sekilas Tentang Bakso Cuanki
Buat yang belum pada tahu, dilansir dari resepkoki.id bakso cuanki sendiri disebut sebagai bakso bandung. Sekilas mirip dengan bakso malang tapi ternyata berbeda dari isian dan kompisisnya. Konon arti kata cuanki adalah ‘cari uang jalan kaki’ karena penjual yang kebanyakan orang Bandung dan sekitarnya berjualan bakso tersebut dengan cara dipikul dan berjalan keliling.
Sebagian besar jajanan dibuat sendiri oleh Bu Lia kecuali nugget ayam, roti, snack dan minuman dingin. Untuk bakso goreng, nugget ayam dan roti bakar, Bu Lia membeli bahan baku setengah jadi kemudian diolah menjadi jajanan. Sedangkan untuk jajanan lain, Bu Lia belajar cara membuatnya dari teman dan Youtube.
Penjualan Warung Sakka
Adapun kendala yang dialami Warung Sakka yaitu penurunan penjualan tahun 2015 sekitar 83% jika dibandingkan dengan penjualan tahun 2014. Hal tersebut disebabkan Warung Sakka jarang beroperasional dan jenis produk yang dijual belum terlalu banyak. Itu kendala zaman dulu, nah kalau sekarang kendalanya lebih pada banyaknya pesaing dan tidak adanya produk unik yang berbeda dari warung lain (inovatif). Meski demikian, Warung Sakka lebih banyak dikenal oleh warga Kota Banjar dan jumlah pembeli semakin meningkat. Wah semoga laris terus ya Warung Sakka milik Bu Lia ini 🙂
“Cara agar tidak mudah menyerah dalam menjalankan usaha adalah nikmati proses karena ketika usaha kita naik-turun jika tetap dijalani dan dinikmati akan terasa tidak berat.” Bu Lia, Owner Warung Sakka
Ayo Menjelajah!
Kami sudah bantu UMKM ini agar masuk online melalui Aplikasi Titipku. Kamu juga bisa posting usaha UMKM manapun agar tulang punggung perekonomian Indonesia semakin maju!
Titipku membantu Digitalisasi UMKM melalui Penjelajah untuk memajukan Perekonomian Indonesia. #AyoMenjelajah
Jelajah UMKM, Download Aplikasi Titipku!! Klik Link Di Bawah Ini
-
Bakso Cuanki VS Bakso Malang – Titipku 04 July 2019[…] Belum lagi rasa kuahnya yang sama-sama gurih. Kebetulan kemarin habis bahas usaha yang produknya bakso cuanki di kota Banjar. Jadi makin penasaran bedanya dengan bakso malang […]