Titipku – Adalah bangunan yang berdiri megah di Jalan Ahmad Yani No.1 Yogyakarta. Bangunan yang tidak lepas dari eksistensi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pasar Beringharjo. Begitulah sebutan untuk pasar yang telah menjadi sarana perdagangan oleh Sultan Hamengku Buwono I. Tentu, di era kini kalian mungkin sudah sering singgah di pasar ini, minimal menjumpai pasar yang selalu padat pengunjung hilir mudik. Mulai dari mencari barang kebutuhan hingga oleh—oleh wisata.
Asal Usul Pasar Beringharjo
Berawal dari barisan lapak-lapak pasar ini lalu berkembang bersama dengan semakin ramainya ibu kota Kasultanan Yogyakarta. Pada masa iitu, pemerintah Hindia Belanda mulai mengembangkan pemukiman orang Belanda serta fasilitas public lain di area pasar ini. Lalu diramaikan oleh orang-orang Tionghoa. Siatuasi ini ditangkap oleh Sultan HB I sebagai peluang untuk pengembangan pasar yang luas dan ramai.
Tanggal 24 Maret 1925, Sultan HB I memberi proyek pembangunan los-los pasar epada Perusahaan Beton Hindia Belanda atau Nederlandsch Indisch Beton Maatschappij.
Mengapa Namanya Pasar Beringharjo?
Sebelumnya, Pasar Beringharjo ini lebih dikenal dengan nama Pasar Gedhe. Nama Pasar Gedhe ini diberikan sebab pasar ini merupaka satu-satuny pasar terbesar yang ada di Kota Yogyakarta. Selain itu, satu-stunya pula yang terdapat di kawasan jalan utama yang terbentang dari depan Kraton hingga Tugu Pal Putih. Pada masa Belanda, pasar Gedhe ini juga mendapat julukan sebagai Passer Op van Java, yang menjadi julukan “Pasar Terindah di Pulau Jawa”.
Nah nama Beringharjo sendiri diberikan dan dresmikan oleh Sri Sultan hamengkubuwana IX. Kata “Beringharjo” berasal dari gabungan dua kata dari Bahasa Jawa yakni Bering dan Harjo. Bering diambil dari kata Beringin dan Harjo artinya Kebesaran. Oleh karena itu, Pasar Beringharjo bisa diartikan sebagai tempat yang diharapkan yang mampu memberikan pengayoman bagi masyarakat Jogja.
Catur Tunggal; Kerajaan
Pasar Beringharjo ini memang sarat akan sejarah. Bagi kerajaan Kasultanan, Pasar ini didirikan pada tahun yang sama saat pendiria kerajaan, yakni pada tahun 1758. Keberadaan pasar sebagai bagian plar ‘Catur Tunggal’ dari Keraton, Alun-Alun Utara, Pasar Beringharjo dan Masjid Keraton. Catur (empat) lokasi ini merupakan pola tata kerajaan sejak awal keberadaan Keraton untuk roda kehidupan kerajaan.
Titip Belanja di Pasar Beringharjo
Pasar yang menampung sejumlah 6000 pedagang dengan 5441 los kini menjual berbagai macam kebutuhan pasar seperti sayur, buah, daging, ikan, perlengkapan dapur, kain dan baju batik, aneka tas, busana muslim, barang bekas, hingga ragam kuliner di Pasar Beringharjo.
Untuk kamu yang tidak sempat belanja kebutuhan pasar, kamu bisa memaksimalkan langkah jemarimu untuk memesannya melalui Titipku. Titip belanja kebutuhan pasar apa saja jadi semakin mudah!
Membeli dari pasar berarti membantu para pedagang UKM untuk terus memajukan perekonomian Indonesia. 🙂 Beli dari pasar yuk!
Sumber: gudeg.net, merahputih.com, situsbudaya.id