Titipku membentangkan sayap usahanya dengan membuka usaha Business to Business (B2B). Program B2B yang diinisiasi Titipku ini berfokus pada pemenuhan kebutuhan dagang pedagang di pasar sekunder di wilayah Jakarta. Skema B2B yang dirancang Titipku ini bisa menjadi solusi atas peliknya kondisi pasar tradisional saat ini yang diakibatkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Skema B2B Titipku cukup simple, jadi intinya kita menjual supply product ke pedagang pasar. Sales titipku akan menawarkan produk ke pedagang-pedagang pasar yg kita sasar. Ketika ada pedagang yang memesan, Titipku akan mengantarkan produk pesanannya sesuai kesepakatan jam pengiriman,” ungkap Yanuar Rusdianto selaku Head of Merchant & Partnership Titipku.
Yanuar menambahkan, “Barangkali ini yang disukai para pedagang di tengah kenaikan BBM ya, bahwa biaya ongkir sayuran untuk program B2B ini tidak ada. Para pedagang hanya diminta membayar service fee sebesar Rp15.000,”.
Yanuar menjelaskan bahwa biaya antar produk dagangan itu tidak perlu dibebankan terpisah, karena sudah masuk produk margin dari Titipku. “Selain itu, pengantaran kami lakukan secara serentak. Misal ada 10 pedagang di satu pasar pesan lewat Titipku, kami antar secara bersamaan, jadi bisa lebih hemat,” ungkap Yanuar.
“Dibandingkan dengan existing supplier para pedagang sejauh ini, produk sayur yang Titipku tawarkan lebih terjangkau. Secara keseluruhan produknya lebih murah 20-30%. Adanya fakta ini dan murahnya biaya antar produk bisa membuat para pedagang yang ambil produk di Titipku menjual produk sayurnya lebih murah dari yang lain,” tambah Yanuar.
Problematika Pedagang Pasar Akibat Kenaikan BBM
Kenaikan harga BBM awal September ini membuat para pedagang pasar khawatir. Pasalnya, ada potensi kenaikan harga bahan pokok yang mereka jual akibat makin tingginya biaya pengantaran. Potensi kenaikan harga ini tidak hanya saja berlaku pada biaya pengantaran dari petani ke pedagang pasar, melainkan juga berlaku untuk pengantaran dari pasar induk ke pasar-pasar sekunder.
Hal ini dibuktikan dari temuan data oleh Kompas.com, di mana para kurir pengantar mulai berkoordinasi dengan pedagang di Pasar Induk Kramatjati terkait kenaikan biaya antar. Sebagai gambaran kenaikan, biasanya biaya antar ke Tanah Tinggi di Banten untuk sekali berangkat adalah Rp500.000. Usai harga BBM naik, harga diperkirakan naik menjadi Rp550.000.
Kenaikan harga antar barang dagangan ini seolah hampir tak terhindarkan. Bagaimanapun juga, biaya bensin adalah biaya operasional yang wajib dianggarkan guna proses pengantaran berjalan lancar.
Kenaikan ongkir barang dagangan ini membuat adanya efek domino, di mana harga sejumlah bahan pokok di pasar sekunder mengalami fluktuasi. Laporan dari Tempo.co mengatakan bahwa pedagang pasar mengalami rugi akibat fluktuasi harga ini. Seorang pedagang di Pasar Rawamangun mengatakan bahwa perubahan harga bahan pokok membuatnya sulit mencari keuntungan sehari-hari. Akibat perubahan harga ini pula membuat pedagang Pasar Rawamangun mengeluh karena jumlah pelanggan di pasar tersebut berkurang.
Baca Juga:
Pelanggan Titipku Siap-Siap Dapat Hadiah dari Program 6abut
Daftar Toko Sayur Terdekat di Depok yang Tersedia di Titipku
Pasar-pasar Terdekat di Depok yang Tersedia di Titipku
Solusi dari Pemerintah & Sumbangsih Titipku
Melansir dari BBC, Presiden Joko Widodo meminta pemerintah daerah menanggung biaya transportasi bahan pokok guna mengontrol fluktuasi harga jual. Subsidi biaya transportasi bahan pokok ini akan diambil dari dana transfer umum (DTU), yakni dana yang dialokasikan dalam anggaran APBN ke daerah guna mendanai kebutuhan daerah.
Sayangnya, kebijakan ini dikritisi oleh sebagian pihak. Sekretaris Jendral Induk Koperasi Pedagang Pasar, Ngadiran, meyakini program subsidi ini akan bermasalah di lapangan karena belum ada pendataan tentang siapa saja yang berhak menerima.
Sementara itu, Direktur Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, Herman Suparman, mengatakan bahwa pemerintah tidak bisa memukul rata kebijakan subsidi bahan pokok, karena masing-masing daerah memiliki kapasitas fiskal yang berbeda-beda.
Skema usaha B2B yang dilakukan Titipku ini bisa menjadi solusi lain dalam memberikan kepastian harga ke para pedagang pasar. Dengan adanya kepastian harga saat mengambil barang, barang yang dijual di pasar juga menjadi lebih stabil. Dengan stabilnya harga jual, pembeli yang belanja langsung maupun lewat Titipku bisa lebih nyaman berbelanja.
Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa harga jual sejumlah sayuran di Titipku cenderung stabil, bahkan setelah kenaikan harga BBM.
“Tentu saja selain menghemat biaya kirim barang para pedagang, dengan adanya program B2B ini, kebutuhan pasokan produk jual pedagang akan lebih terpenuhi dengan harga yg terjangkau. Dengan demikian, harga produk yang mereka jual bisa lebih stabil dan lebih murah. Pelanggan pun akan senang dengan kondisi ini,” ungkap Yanuar.
Model Bisnis B2B Titipku Dapat Menjaga Ketahanan Pangan Masyarakat
Sementara itu, CEO dan Co-founder Titipku, Henri Suhardja, mengatakan bahwa model B2B yang dilakukan Titipku ini adalah solusi menjaga ketahanan pangan pasca-kenaikan harga BBM.
“Titipku melihat proses transaksi digital ini secara end-to-end. Artinya, Titipku tidak hanya membantu proses transaksi saja, melainkan dari sisi supply barang ke pedagang,” ungkap Henri.
“Dengan bantuan teknologi digital, kita bisa mengevaluasi dan mengukur secara presisi mulai dari transaksi, penyaluran produk ke pedagang, kebutuhan tiap pedagang, dan juga nilai atau harga. Pengukuran yang tepat ini akan membuat bisnis B2B maupun B2C di Titipku menjadi matang dan dapat dijalankan dengan baik,” pungkas Henri.
-
Titipku Siap Perkuat Ekosistem Pasar Digital di Ulang Tahunnya yang ke-6 – 14 October 2022[…] Juga: Model Bisnis B2B Titipku Buat Harga Jual di Pasar Lebih Stabil Pelanggan Titipku Siap-Siap Dapat Hadiah dari Program 6abut Daftar Toko Sayur Terdekat di Depok […]