Membongkar kesusksesan Dwi Sulistiono Bisnis Mie Des dalam membangun dunia bisnis kuliner yang makin banyak diminati oleh masyartakat luas.
Kisah Dwi Sulistiono menjajal bisnis Mie Des – Terlahir menjadi pemuda Bantul, Dwi Sulistiono (27) tergerak untuk turut menyemarakkan hingar bingar pasar kuliner Kota Pelajar dengan menu “ndeso” khas tanah kelahirannya.
Dengan bantuan sang istri Titia Nufi Nurfita (26), pasangan muda yang belum lama menikah ini mengakui mendapatkan ide usaha kuliner untuk mengenalkan Mie Des (mie pedes) khas Bantul ke pasar yang lebih luas lagi.
“Selama ini Bisnis Mie Des atau warung yang menjual Mie Des cuma ada di kecamatan Pundong, Bantul. Karenanya kami berniat membuka Warung Mie Des Kang Pothok di kota Jogja, supaya nantinya pemasaran dari menu ndeso ini dapat lebih luas.
Target pasar kami dalam bisnis Mie Des ini adalah para mahasiswa Jogja yang berasal dari luar daerah. Diharapkan mereka setalah makan di sini akan selalu terkenang dan dapat menceritakan citarasa Mie Des khas Bantul,” katanya.
Saat Dwi Sulistiono masih kuliah, Ia kerap mengajak rekan kampusnya nikmati kuliner Mie Des di daerah Pundong Bantul. “Dulu saat saya masih kuliah di UNY, saat ada rekan yang main ke rumah, saya senantiasa mengajak mereka mencicipi Mie Des. Dari situ saya lihat rekan-rekan saya tertarik dengan kuliner itu, mengapa tak saya membawa ini ke kota Jogja, ” ucap Dwi.
Kisah Dwi Sulistiono Menjajal Bisnis Mie Des
Bermodalkan kepopuleran Mie Des di Bantul, Dwi membulatkan tekad buka bisnis Mie Des di Kota Jogja dengan menggunakan dana tidak lebih dari Rp 15 juta. Untuk keahlian memasak Mie Des, Ia sendiri sudah terbiasa masak ini saat ada tetangga atau saudara hajatan.
Bahan baku mie didatangkan dari Pundong, Bantul, lantaran cuma disana lah tempat yang membuat Mie dari ketela ini.
Modal awal membuka usaha ini yang jumlahnya sekitar Rp 15 juta digunakan untuk sewa tempat, pengadaan peralatan, serta renovasi tempat usaha,” demikian imbuhnya.
Dalam memulai bisnis Mie Des ini, permasalahan pemasaran jadi masalah paling utama. Ini dikarenakan belum banyak orang yang mengetahui Mie Des. Salah satu cara untuk mengenalkan Mie Des Ia coba menunjukan sampel mie yang belum di proses serta menuturkan pada tiap-tiap pengunjung bahwa mie ini terbuat dari sari pati ketela pohon.
“Kalau mie yang lain di produksi memakai mesin, Mie Des ini di produksi dengan alat manual dan menggunakan bahan dasar dari sari pati ketela serta bebas formalin maupun borak.
Produsen Mie Des yang ada di Pundong juga telah mengantongi izin P-IRT dari kementrian kesehatan, jadi Mie Des dapat jadikan alternatif sebagai pengganti nasi untuk menu pokok kita. Inil yang lalu jadi daya tarik sendiri untuk customer, ” tuturnya.
Untuk meningkatkan penjualannya, Ia dengan sang Istri memanfaatkan media sosial. Media sosial diakuinya sangat penting guna menjangkau para mahasiswa yang menjadi target pasarnya.
Sebagai daya tarik pelanggan, Warung Mie Des Kang Pothok juga sering menampilkan live musik serta acara nonton bareng. Dengan even seperti ini sangat efektif untuk menarik pelanggan untuk datang dan menikmati Mie Des yang ditawarkannya.
Sumber : https://umkmjogja.com/kisah-dwi-sulistiono-menjajal-bisnis-mie-des.html