“Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi?”
Titipku – Yogyakarta, siapa yang tidak mengenal kota ini, masyarakatnya yang santun dengan adat istiadat dan budayanya yang lembut menjadikan kota ini begitu istimewa. Tidak heran jika segudang predikat disematkan padanya, diantaranya kota budaya.
Pada acara yang digelar oleh masyarakat, pemerintah, maupun event-event budaya, sering kita disuguhi pertunjukan seni dengan iringan alat musik tradisional yaitu Gamelan. Iringan gamelan bisa menyemarakkan suasana sehingga sebuah acara jadi lebih hidup. Puluhan instrument menghasilkan perpaduan nada yang mengalun lembut hingga kencang menjadikan sebuah acara lebih bermakna. Harmony nada – nada yang dihasilkan gamelan ini seolah menunjukkan karakter asli orang Jogja yang kompak dan lekat dengan kebersamaan.
Gamelan Bukan Buatan Mesin Pabrik!
Tahukah anda? Gamelan itu dibuat oleh para pengrajinnya sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam secara manual, tanpa sentuhan mesin. Perlu berbulan-bulan bahkan hitungan tahun untuk menghasilkan satu perangkat gamelan berbahan perunggu dan kayu berukir dengan kualitas yang terbaik. Dibuat dengan ketekunan, ketelitian tinggi, kesabaran, dan tentu saja tidak terlepas dari olah rasa. Tidak heran jika gamelan – gamelan yang sudah berumur ini sampai sekarang masih tetap bisa digunakan. Meski saat ini para pengrajin gamelan masih terus berproduksi dan sebagian menggunakan kemajuan teknologi, namun jumlahnya hanya bisa dihitung dengan jari, kadang tidak seimbang dengan kebutuhan para penggunanya.
Karena dimakan usia dan selalu digunakan, meski gamelan itu dibuat dengan bahan perunggu dan kayu berkualitas tinggi, tetap saja suatu ketika akan mengalami perubahan. Logamnya akan berkerak dan berubah warna, kayu penyangganya akan pudar warnanya, nadanya akan berubah, dan sebagainya. Karenanya, dibutuhkan perawatan agar tampilannya kembali baru dan nadanya kembali laras/ stem, sehingga akan kembali menghasilkan harmony dan menyenangkan bagi siapapun.
Di Yogyakarta bagian selatan, tepatnya di Dusun Dukuh Sukun RT. 62, Patalan, Jetis, Bantul, DIY, ada sebuah usaha jasa perbaikan gamelan yang berdiri sejak tahun 2010. Bukan main, usaha ini didirikan serta dikelola oleh Bpk. Drs. SUHARJIMAN seorang Alumni Insitut Seni Indonesia Yogyakarta. Pak Harjiman, begitu beliau akrab disapa, seorang seniman Karawitan yang bergabung di beberapa sanggar seni yang sering pentas mulai dari daerah pinggiran, kota – kota besar bahkan pernah hingga ke mancanegara ini mendapati banyaknya instrument gamelan yang kondisinya sudah usang dan nadanya sudah tidak tepat dikarenakan minimnya perawatan. Ini juga karena kurangnya orang yang benar-benar bisa dan mempunyai keahlian merawat seperangkat gamelan dengan tepat dan baik.
Karena hal itulah timbul keinginan untuk membuka sebuah usaha jasa perbaikan gamelan, yang kemudian dinamai Bengkel Gamelan WIRA IRAMA. Berbekal ilmu seni Karawitan yang didapatkan dari bangku kuliah dipadukan dengan pengalamannya sebagai seniman dan kemampuan autodidaknya, gamelan yang sudah usang bisa disulap jadi baru lagi, nadanya yang berubah bisa kembali seperti semula berkat keahliannya melaras nada.
Tilik Balik
Awal berdirinya usaha ini Pak Harjiman harus setiap saat berkeliling jemput bola untuk pemasarannya. Lambat laun dari mulut ke mulut makin banyak dikenal dan customer banyak yang datang ke bengkelnya. Meski begitu, tentu saja juga masih banyak yang belum tahu keberadaanya, terutama calon – calon customer yang berasal dari luar daerah Jogja, padahal Sanggar – Sanggar Seni ataupun Instansi – Instansi Pemerintah yang memiliki gamelan yang sudah berumur jumlahnya sangat banyak, dan mereka tidak tahu ke mana harus mencari orang yang bisa memperbaiki.
Di era digital seperti sekarang ini tentu saja penggunaan internet dan sosial media untuk memperluas jaringan pemasarannya sangat dibutuhkan. Pak Harjiman menyadari betul akan hal ini, tapi karena keterbatasan kemampuan dalam hal penggunaan teknologi, maka yang bisa dilakukan hanya mempersilahkan bagi siapa saja yang mau meliput atau mengulas usahanya maupun men-share di media sosial agar usahanya lebih banyak dikenal. Dengan harapan agar seni dan warisan budaya yang adiluhung ini akan tetap lestari tidak hilang ditelan jaman.
Larisi UMKM Ini via Aplikasi Titipku!
Jutaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) selalu berharap usahanya bisa terus berkembang. Yuk larisi usaha mereka dengan membelinya melalui Aplikasi Titipku!