Titipku.com – Di era digital ini, radio sudah tidak diproduksi oleh perusahaan teknologi. Oleh sebagian orang, barang ini bahkan dianggap sudah layak masuk musem. Siaran radio memang masih bertahan hingga sekarang, namun pendengar telah bisa menikmatinya melalui media-media baru yang lebih praktis, diantaranya lewat smartphone.
Lalu, bagaimana jika ada pengusaha yang memproduksi dan menjual radio di era digital ini? Anda barangkali berpikir bahwa tidak ada lagi konsumen yang mau membelinya. Anda barangkali juga mengira bisnisnya tidak akan bertahan lama. Ternyata, dugaan Anda salah besar!
Di tangan Singgih Susilo Kartono, lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, radio bisa dijual dengan harga jutaan rupiah per unitnya. Produk radio buatannya yang diberi nama Magno itu bahkan sudah masuk ke pasar mancanegara. Di Eropa, harga satu unitnya sekitar 260 Euro atau 5 juta rupiah lebih.
Bagaimana bisa? Radio Magno yang dbuat oleh Singgih memang berbeda dibanding radio biasa. Radio tersebut berbahan dasar kayu dari pohon yang tumbuh di Indonesia, seperti pinus, mahoni, dan sonokeling. Ketiga jenis kayu pohon tersebut dipilih karena dapat menghasilkan resonansi suara yang sangat baik.
Karena keunikannya tersebut, radio Magno sudah merambah berbagai negara. Saat ini sekitar 95% penjualannya memang berada di pasar luar negeri. Negara-negara di dunia yang menjadi pasar Magno di antaranya Amerika Serikat, Brasil, hampir semua negara-negara Eropa, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Singapura, Australia, dan Selandia Baru. Di Jakarta, Magno sudah tersedia di pusat perbelanjaan high-end seperti Pacific Place dan Grand Indonesia. Saat ini Magno memiliki distributor di Jepang, Australia, dan berbagai negara Eropa.
Itulah kekuatan kreativitas! Barang-barang yang sudah dianggap ketinggalan zamanpun bisa disulap menjadi produk bernilai jual tinggi.
KREATIVITAS: IDE+DISKUSI
Menjadi pebisnis atau pengusaha memang harus kreatif. Langkah pertama adalah menemukan ide-ide baru dan tidak sekedar me-too (ikut-ikutan). Dengan ide-ide yang baru dan unik, kamu bisa ubah sesuatu yang bisa menjadi produk yang berguna dan bernilai jual tinggi.
Namun, sekedar memiliki ide-ide yang unik dan segar tidaklah cukup. Anda harus bisa mewujudkan ide tersebut menjadi sebuah karya nyata. Inilah elemen kedua dari kreativitas: eksekusi.
Jadi, kreativitas tidak semata terbatas pada ide-ide baru, namun juga harus dapat dipastikan bahwa ide-ide tersebut dapat dieksekui yang baik. Keduanya saling melengkapi. Tanpa ide yang baru dan segar, eksekusi yang dijalankan hanya akan mengulang hal-hal yang sudah ada. Tentu, ini bukan kreativitas namanya.
Demikian pula sebaliknya, ide-ide unik hanya akan menjadi wacana jika tidak ada yang mau mengeksekusinya. Itu bukan kreativitas, tapi khayalan. Adanya kemauan untuk melakukan eksekusi inilah yang akan membedakan antara orang yang kreatif dengan pemimpi.
Jadi, inilah dua elemen utama untuk mewujudkan kreavitas: ide dan eksekusi!
Sumber:
Mussry, Jacky dan Ardhi Ridwansyah. 2018. UKM Zaman Now. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama