Titipku.com – Udara pagi menyambut langkah kami yang mengetuk lantai pasar Prawirotaman. Sesak. Kesan pertama kami memasuki kawasan Prawirotaman. Di lorong lalu lalang pembeli, pedagangpun berbaris memenuhi jalan. Kini, kanan kiri pasar Prawirotaman hanya setapak gang. Saling senggol di pasar ini sepertinya tidak mengherankan bagi siapapun yang sedang mencari aneka kebutuhan barang. Penyusuran kami untuk menilik belanja pagi terhenti pada sosok seorang nenek di lorong ujung utara pasar Prawirotaman. Beliau Mbah Sapini, seorang pedagang alat dapur pasar Prawirotaman.
Sudah jadi rutinitasnya, beliau dari pagi duduk di dekat lapaknya yang berisikan aneka barang atau alat kebutuhan dapur. Pisau, tampah anyaman bambu, parutan, ulekan, dan masih banyak yang lainnya. Beliau berasal dari Klaten. Sekarang dia tinggal di Jogja bersama dengan anaknya yang beralamat di Minggiran Rt 09, RW 16.
Rutinitas Mbah Sapini, Pedagang Alat Dapur
Berbeda dengan kami yang menyusur pasar jam 8 pagi, beliau sudah berangkat dari jam setengah 7 atau jam 7. Mengais rejeki, menunggu siapapun mampir di lapaknya untuk hari itu. Seperti pedagang lainnya, beliau berjualan sampai jam 11 atau 12, jam saat pasar sudah mulai sepi dan selesai beroperasi untuk pasar paginya.
“Berangkatnya diantar sama anak saja, pulangnya naik becak delapan ribu. Soalnya mbah Kakung (suami) sudah tidak ada” Lanjutnya saat kami menanyakan rutinitas paginya.
Wanita berusia 75 tahun ini sudah berjualan sejak tahun 72. Usianya dengan kemerdekaan RI hanya berjarak tiga tahun, sudah cukup tua.
Kesehariannya berjualan di pasar Prawirotaman ini sudah dari awal berdirinya pasar. “Mulanya dekat situ kan ada pasar pohon beringin besar-besar. Saya berjualan disitu di bawah situ. Lalu disuruh pindah dan mencari dasaran atau lapak (tempat berjualan) di sini. Jadi ya sudah lama di sini.”
Saat kami bertanya perbedaan ramainya pembeli dibanding dari dulu, begini ungkapnya “Beda jauh banget, mbak. Sekarang sudah nggak ada apa-apanya. Kalau sekarang ya bisanya jualan seperti ini ya telateni berjualan seperti ini. Kalau dulu kan buat besarin anak saya saja delapan. Sekarang sudah pada berumah tangga sendiri-sendiri. Dah punya anak, dah punya cucu saya. Buyutnya sudah ada 10.”
“Ya ada yang pembeli, hanya sekarang sudah jarang-jarang. Biasanya dulu ada kara, ada gilingan kelapa, sekarang ini saya seadanya saja karena mau ada acara juga di rumah. Ini mau digantiin oleh yang jualan di tengah itu.” Katanya sembari menunjuk pengganti sementara beliau pulang. Kebetulan saat kami wawancara akan ada hari raya Idul Adha.
“Kalau anak-anak muda ya ada yang cari. Turis juga ada yang kesini. Harganya sama saja untuk masayarakat biasa ataupun untuk mereka. Karena biasanya mereka sudah bawa catatan jika mau beli. Ya begini daripada nganggur di rumah. Ini saya mau menghabiskan dagangan saja karena saya mau pulang Klaten.” Lanjutnya.
Untuk yang mencari barang-barang sudah beda daripada yang dulu. Dulu pasti laris. Sekarang sudah jarang. Dan pendapatan seharinya juga tidak pasti. “Kalau laris-larisnya biasanya kalau ada acara, misalya hari raya besar. kalau hari biasa ya seperti ini nggak terlalu ramai. Daripada nganggur lah mbak. Kalau di rumah kan sebentar makan, nanti tidur. Bosen.”
“Dagangannya tetap ada yang mengantar, saya juga kulakan (belanja) dulu di pasar Beringharjo lantai 3. Hanya sekarang sudah ngga bisa, ngga kuat.” pungkasnya.
Sedemikian ini beliau beraktivitas untuk kesehariannya. Di sela lorong dan jalan setapak kecil pasar Prawirotaman. 🙂
Yuk Beli Baha dan Alat Masak dari Pasar!
Hai hai!! Buat kamu yang hobi masak ataupun masih belajar masak tak masalah untuk membeli alat-alat kebutuhan dapur seperti dari dagangan Mbah Sapini pasar Prawirotaman melalui Titipku. 🙂
Kalau kamu di Jogja, kamu bisa pilih pasar sesuai kebutuhan kamu:
Pasar Beringharjo
Pasar Kranggan
Pasar Demangan
Pasar Sambilegi
Pasar Condongcatur
Pasar Prawirotaman, dll
Dengan kamu membeli dari pedagang pasar, secara otomatis kamu telah mendukung tulang punggung Indonesia dalam memajukan perekonomian bangsa. 🙂