Titipku – Siapa yang tidak mengenal pare? Sejenis sayur yang biasa diolah dengan cara ditumis. Ada beragam macam pare. Namun hanya satu rasanya dan sama saja, yaitu pahit. Ya, banyak orang yang tidak menyukai pare karena rasanya yang pahit itu. Tapi banyak juga yang menyukai pare, khususnya tumis pare.
VARIASI PENGOLAHAN PARE
Meskipun rasanya pahit dan diolah dengan cara itu-itu saja, ternyata ada inovasi baru pengolahan pare, lho. Yaitu keripik. Percaya nggak? Pasti masih ada diantara kalian yang masih asing dengan keripik pare. Tidak percaya? Boleh saja. Tapi keripik pare memang ada.
Rasanya enak. Tidak pahit. Bahkan gurih dan renyah. Varian rasanya juga ada rasa pedas, balado, hingga barbeque.
Di Jogja sudah banyak keripik pare yang sudah nankring di rak-rak toko oleh-oleh dan swalayan. Produsennya juga banyak tentunya.
Keripik pare yang biasa beredar, biasanya terlapisi dan swalayan. Produksinya masih tergolong industri rumahan atau UMKM. oleh tepung. Dengan begitu rasanya tidak terlalu pahit. Jika disimpan dalam kemasan yang baik, kerenyahan keripik pare dapat terjaga.
Salah satu produsen keripik pare yang terkenal adalah Ibu Endah. Beliau memproduksi keripik pare di rumahnya di Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Setiap harinya sekitar 10 kg pare diolah untuk menjadi kripik dengan berbagai rasa dan ukuran. Bu Endah tidak berahasia mengenai kunci pengolahan keripik parenya. Yang penting pare digoreng pada minyak yang sudah sangat panas. Sehingga bisa mengurangi kadar air dan rasa pahit. (dilansir dari laman harianjogja.com)
Dinukil dari krjogja.com, Bu Endah fokus memproduksi dua varian rasa yaitu rasa original dan rasa pedas. Sebelumnya pernah membuat rasa keju dan balado, tetapi ternyata responnya kurang bagus. Satu kemasan keripik pare Bu Endah rata-rata berisi 140 gram dengan harga berkisar Rp6000,00 hingga Rp11.000,00.
Di daerah kabupaten Bantul juga sudah berkembang industri kuliner yang mengolah keripik pare. Seperti keripik pare Al Barik dari Kecamatan Bambanglipuro. Keripik pare Al Barik memiliki empat varian rasa, yaitu orioginal, Balado, Barbeque, dan Pedas. Persebaran keripik Al Barik sudah meluas di wilayah Bantul. Keripik ini menjadi oleh-oleh khas Bantul. Harganya cukup terjangkau yaitu Rp7.500, 00/ 100 gram.
Uniknya keripik pare Al Barik ini merupakan produk dari kelompok usaha Al Barik di Widaran Bambanglipuro Bantul. Dengan program Peningkatan Pendapatan Masyarakat dengan Usaha Produksi. Kelompok usaha ini didominasi oleh ibu-ibu. Wah, sangat kreatif dan inovatif ya ibu-ibu ini?
Harga Keripik Pare
Harga keripik pare yang beredar di daerah Jogja cukup terjangkau. Dengan rasa yang enak, cocok sekali untuk dijadikan oleh-oleh selain geplak dan bakpia. Jika kalian mampir di toko oleh-oleh Jogja, keripik ini pasti ada. Mudah untuk ditemukan, kan? Bagi kalian yang penasaran, sangat disarankan untuk dicoba.
Keripik pare yang di produksi oleh masyarakat Yogyakarta saat ini sudah menyentuh pemasaran online. Di online shop yang besar di Indonesia, dapat ditemui produk keripik pare yang khas jogja. Dapat pula dicari di web ukmjogja.com, khususnya UMKM kuliner atau makanan. Masing-masing merk sepertinya sudah mulai membaca peluang untuk meningkatkan penjualannya. Apalagi industri ini masih tergolong industri rumahan atau UMKM.
Ada pula keripik pare renyah tidak pahit dipasarkan melalui media sosial seperti facebook dan instagram.
Titipku kebetulan hadir untuk membantu UMKM-UMKM lebih maju. Industri rumahan keripik pare ini cocok juga untuk dijelajah. Apalagi keripik pare ini sangat cocok untuk dijadikan cemilan. Tidak pahit, kok. Cocok untuk mahasiswa nih, yang membutuhkan cemilan di kos atau di sekretariat ormawa-ormawa.
Keripik pare enak yang ada di Jogja ini dapat dijelajahi dan direview. Siapa tahu review kalian dapat menarik perhatian pengguna Titipku lainnya dan berujung pada transaksi. Dengan begitu terjadi peningkatan dalam penjualan keripik pare. Platformnya juga bertambah yaitu melalui aplikasi digital.
Ayo menjelajah!
-
Maicih, Keripik yang Pernah Viral pada Masanya – Titipku 15 October 2019[…] Keripik Maicih muncul pada awal tahun 2011. Mengusung ide memberikan level kepedasan pada varian pembelian kripiknya, Maicih mampu memikat pembelinya. Selain hal tersebut pemasaran lewat media sosial sangat berpengaruh pada viralnya keripik yang memiliki logo emak-emak ini. Pada tahun tersebut penggunaan media sosial belum sebanyak sekarang tetapi owner Maicih mampu melihat peluang tersebut dan hasilnya tahun 2011 ditutup dengan omzet sebesar 4 Miliar rupiah. Iya 4 Miliar. […]
-
Jamur Crispy Tanpa Pengawet Ala Ibu Iin, Pengusaha Sekaligus Petani Jamur – Titipku 10 September 2019[…] tahun 2013. Usaha yang dijalankan Bu Iin adalah budidaya jamur tiram, produksi jamur dan paria atau pare crispy. Motivasi Bu Iin melanjutkan usaha orang tua yakni ingin menghasilkan uang tapi tetap dapat […]