Titipku.com – Usai berkunjung ke Stianee Watch, jam tangan kayu masa kini itu kami menuju ke arah kampus UGM. Di jalan arah Rumah Sakit Sardjito, kami menjumpai salah satu pedagang minuman khas daerah Banjarnegara, Es Dawet Ayu Banjarnegara.
Biasanya pedagang dawet ayu Banjarnegara yang di Jogja yang saya temui hanyalah reseller, alias bukan si empunya es dawet. Namun beda dengan pak Andi ini. Beliau adalah orang Banjarnegara asli yang membawake khas-an salah satu wilayah berplat nomor R ini.
Ada dawet ireng dan dawet ijo yang dijual pak Andi
Saat kami memesan es dawetnya, pak Andi menawarkan pilihan dawet. Karena kami berdua, alhasil keduanya kami pesan yakni dawet ireng dan dawet ijo. Inilah ciri dawet yang dijajakan pak Andi. Sebenarnya kalau ciri dari dawet banjarnegara sendiri adalah dawet hijau tersebut. Namun karena permintaan pelanggannya untuk membuatkan juga dawet hitam khas Purwerejo-an, maka terlahirlah dua dawet ini. Ohya kalau pelanggan, lebih suka yang mana dawet ireng atau dawet ijo ya?
“Seleranya orang sendiri-sendiri. Ada yang suka dawet ijo, ada yang suka dawet ireng, ada juga yang campur.” ujarnya.
Kami kira warna menentukan harga. Ternyata pak Andi membanderol harga yang sama yakni Rp. 5000,00 saja. Berjualan es dawet ini sudah menjadi pengalamannya selama 12 tahun. Itupun dengan sistem tidak menetap. Pasalnya demi menjajakan es dawetnya di sekitar UGM saja beliau harus menjalani sistem ‘kucing-kucingan’. 🙁
“Saya termasuknya berjualan itu ya di luar kampus, kalau di dalam kan saya tahu sudah ada kantin.” ujarnya
Lelaki empat anak ini menjalani profesi sebagai penjual es dawet sudah menahun. Bahkan jadi tahu, musim apa kiranya es dawetnya bisa laku keras. Yakni saat liburan sekolah atau libur tahun baru. Itupun tidak di sekitar UGM, namun di pasar Beringharjo, karena lebih banyak turis.
Susur jalan, tak kenal jarak
Demi menghidupi istri dan empat anaknya, dengan satu anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, beliau menyusur jalan setiap paginya dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Namun ya itu kalau sudah di kode oleh penjaga kampus, ya beliau akan pergi. 🙁 Padahal lokasi dari rumah kontraknya ke kampus itu lumayan jauh lho.
“Saya tinggal di dekat Malioboro. Ya jauh tapi kan kalau nyari makan nggak apa. Kecuali jauh nggak nyari makan lah itu. Sembari jalan kan nanti kalau ada yang beli ya mampir.” tuturnya.
Sebelum ke lokasi, beliau mendarat di kawasan GSP UGM, manatahu ada banyak rombongan yang membelinya. Namun ternyata kosong, jadilah belum sempat ada rejeki lebih di hari itu.
Selain hari biasa ini, biasanya juga berjualan kawasan dekat Pakualaman, Jl. Gadjah Mada di acara pasar Ramadhan. “Kalau Malioboro kalau ngga liburan ya sepi. Ya untuk jualan saya biasanya tahun baru, puasa, itu pasti ramai.”
Yang namanya berjualan, siapapun pasti sudah berani ambil resiko. Termasuk pak Andi ini. Omset setiap harinya tidak menentu. “Kalau cuaca begini paling tidak habis sekitar 40 gelas sampai 50 gelas per hari. Kalau tidak habis ya dibuang, besok bikin lagi. Apalagi tidak ada sarana yang mendukung seperti lemari es untuk cadangan dawetnya. Jadi selalu baru.” jelasnya.
Proses pembuatannya dibantu dengan sang istri mulai dari jam 4 pagi. Proses pembuatan yang tidak sesingkat menyeruput segarnya kala sudah di gelas. Kata pak Andi sendiri, jadi satu dawet paling tidak butuh waktu dua jam.
“Paling tidak target sehari 100 gelas. Belum buat modal, buat makannya. Tapi kan cuaca ini yang jadi tidak menentu. Ya kalau lagi lumayan ya lumayan. Kalau ngandalin di sini terus juga tidak tetap. Yang penting kita jalanin aja.” pungkasnya.
Ayo Menjelajah!
Kami sudah menjelajah UMKM Indonesia seperti Es Dawet Ayu Banjarnegara ini. Kamu juga bisa posting usaha UMKM manapun agar tulang punggung perekonomian Indonesia semakin maju!
Titipku membantu Digitalisasi UMKM melalui Penjelajah untuk memajukan Perekonomian Indonesia. #AyoMenjelajah
Jelajah UMKM, Download Aplikasi Titipku!!
play.google.com/store/apps/details?id=com.titipku.alpha
-
Tilik Kisah Pak Min, Penjual Es Kunyit Asam Sejenak – Titipku 14 February 2019[…] pak Min, lelaki asal Magelang yang menaruh harap rezeki di kota Istimewa. Di dekat es dawet ayu Banjarnegara yang kami kenal hari itu, beliau pajang gerobak sembari menunggu pelanggan. Tak lama, satu demi […]