Titipku – Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia menggunakan kayu sebagai bahan mebel, seperti pintu, jendela, kusen pintu,kusen jendela, meja, kursi, dan sebagainya. Maka dari itu banyak masyarakat yang memiliki keterampilan membuat mebel kayu. Jangan salah, tidak sembarang orang bisa menghasilkan produk mebel yang bagus baik dari segi tampilan maupun kualitas.
Budi Santosa adalah satu pengrajin kayu yang sampai sekarang masih menggunakan cara manual, tidak menggunakan mesin. Peralatan yang dimiliki sudah lengkap. Bahkan double.
Sejak tahun 2014, Pak Budi fokus pada usaha ini. Dulunya Pak Budi adalah pengrajin bambu. Namun ada kejadian besar yang membuat Pak Budi beralih profesi.
“Kalau diceritakan, aneh itu. Dulu kerajinan bambu, wakul kecil. Dulu bikin 100 biji Cuma dapet uang satu juta. Terus kebakar ludes. Terus saya nggak bikin lagi.”
Bagi Pak Budi, peralatan kerajinan bambu kecil-kecil dan proses pembuatannya njlimet. Sedangkan kalau kerajinan kayu, lebih mudah dipelajari. Bahan dan peralatan pembuatannya juga besar-besar, bisa dipegang. Harganya juga lebih tinggi. Sekarang sedang musimnya pembuatan langsem (tempat roti). Pembuatannya mudah dengan harga yang tinggi.
Mengutamakan kualitas
Meski masih terbilang awal, Pak Budi sangat memperhatikan kualitas mebel buatannya. Pak Budi juga berani untuk memberikan garansi kepada pembelinya. Beliau bersyukur, selama ini belum ada produk mebelnya yang dikembalikan. Itu menandakan kalau mebel buatan Pak Budi memang berkualitas.
Pak Budi juga mengetahui secara detail mengenai kesalahan-kesalahan yang ada pada mebel. Makanya, selain produksi, Pak Budi juga bisa memperbaiki mebel yang bermasalah. Bengkel kayu, istilahnya. Masalah-masalah yang biasanya ada pada mebel antara lain jenis kayu yang kurang kokoh, mudah keropos, potongan yang tidak pas, dan ukiran.
Dari mulai produksi hingga servis mebel, Pak Budi menggunakan cara manual.
Untuk melancarkan usahanya, Pak Budi membangun relasi dengan pihak supplier kayu. Jadi ketika ada pesanan, Pak Budi bisa langsung menghubungi suppliernya, ada yang dari Gunung Kidul dan Kulon Progo. Menurut beliau, kayu-kayu dari daerah itu berkualitas baik dan enak dipandang.
Barter
Bagi Pak Budi, tidak semua mebelnya bisa dibayar menggunakan uang. Transaksi uang bisa diganti dengan barang. Salah satunya dengan burung. Jadi, tukar barang diganti dengan mebel yang baru atau servis. Mebel buatan Pak Budi cukup sering ditukar dengan burung.
Selain orang luar, tetangga-tetangga Pak Budi sering pesan mebel. Biasanya ketika sedang butuh. Burung yang dimiliki Pak Budi juga berasal dari tetangganya itu, karena hanya itu yang mereka punya.
“Udah tahu lingkungan. Woo, dia gak punya duit misalnya. Kadang dituker dengan burung. Saya juga mau. Dia kan butuh. Misalnya, pengen punya pintu, tapi cuma punya itu. Asalkan tanaga saya terbayar, kayu saya juga kebayar. Kalau sama tetangga kan nggak itung-itungan.”
Pak Budi mengaku, sempat mendapat untung dari burung yang didapat. Karena ada teman yang membeli burung itu. Hasilnya dipakai Pak Budi untuk tambahan membeli kayu.
“Gak masuk akal rejeki, itu.”
Selama ini, Pak Budi sering mengantarkan mebel pesanan ke rumah pembeli menggunakan motor seperti menyetor kusen dan jendela. Sering beliau disapa di jalan, sambil disarankan untuk menyewa carry (mobil bak terbuka). Pak Budi yakin saja pakai motor.
Pernah ditawari untuk kredit mobil bak, tapi beliau tidak berminat. Angsurannya mahal, katanya. Mungkin sekarang bisa bayar, selanjutnya itu yang bikin pusing.
Pak Budi tetap pede saja. Meski pesanan juga tak selalu ada. Yang penting bisa mencukupi kebutuhan anak.
“Rejeki kalau diharap dapet, eh, malah gak dapet. Tapi kalau dikerjain, berdoa. Gak disangka-sangka malah dapet, gitu. Gak masuk akal rejeki itu.”
Pemasaran mulut ke mulut
Pak Budi pernah menjajal Facebook untuk pemasaran mebel kayunya. Tetapi tanggapannya kurang, kayak dicuekin. Sekitar tiga bulan, cuma bisa dapat satu pesanan.
Jadinya, selama ini Pak Budi lebih merasa nyaman dan efektif melalui mulut ke mulut. Langsung ke orangnya, dari teman ke teman.
Harapan kedepan, mebel kayu yang dijalankan Pak Budi bisa semakin maju. Bisa beromset besar, sehingga bisa membuat lapangan pekerjaan.
Titipku telah membantu usaha mebel ini untuk masuk ke dalam pemasaran digital. Informasi detailnya sudah tertera di aplikasi Titipku. Besar peluangnya bagi usaha ini untuk bisa semakin baju dan “banjir” orderan. Kapan lagi bisa menemukan mebel yang asli buatan tangan tanpa bantuan mesin.
Ayo menjelajah!
Temukan UMKM disekitarmu agar bisa masuk ke aplikasi Titipku. Aplikasi ini memang dirancang untuk membantu UMKM agar bisa merambah ke pasar digital. Dengan begitu, UMKM lokal Indonesia bisa semakin maju dan mendunia!
-
Berkah Menjadi Tukang Kayu – Titipku 25 January 2020[…] dipelajarinya dituangkan dalam satu bentuk karya yang sangat baik. Kusen buatan Pak Wito adalah kusen yang halus pembuatannya. Banyak pembeli kusen yang membeli di Pak Wito merasa sangat puas. Saat […]