Titipku.com – Memasang tagline sederhana ‘do you speak chocolate?’ atau dalam bahasa Indonesia berarti apakah kamu berbicara cokelat? Arina Cokelat menjadi salah satu pencarian kamu untuk cokelat oleh oleh Jogja / cokelat khas Jogja. Sebuah usaha yang diawali dengan pembuatan brownies panggang dengan komposisi utama cokelat. Melihat cokelat lebih prospektif, tahun 2007 bu Rahmi sang owner Arina Chocolate atau Cokelat Arina beralih ke usaha permen cokelat hingga saat ini.
Perjalanan Cokelat Arina
“Brownies kan juga cokelat. Saya memang penggemar cokelat. Lagian kan cokelat lebih lama kadaluarsanya. Kalau dulu brownies jadi utamanya, sekarang saya balik cokelat yang saya utamakan dan brownies tambahannya.”
Mencoba menjadi seorang entrepreneur yang bermula dari kata ‘terpaksa’, nyatanya kini bu Rahmi sudah berhasil dalam pengembangan bisnis olahan cokelat. “Saya terpaksa. Awalnya tidak pintar masak dan ikut-ikutan diajak tetangga bikin makanan, saya nurut saja. Untuk alat-alat saya sudah punya. Namun suatu hari tetangga pindah dan alat ditinggal, pada akhirnya buka brownies itu. Dulu tidak ada internet. Tahun 2000 itu saya cari kursus sana-sini termasuk beli buku buat belajar. Ternyata browniesnya diterima dengan baik oleh tetangga.” tuturnya.
Mula-mula mencoba membuat cokelat adalah permintaan ibunda bu Rahmi yang ingin membawa sesuatu yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Maka bikinlah cokelat kurma melalui cetakan kecil-kecil dan berbentuk unik. Kemudian merambah ke rasa buah-buahan seperti cokelat durian, stroberi dan akhirnya berlanjut hingga saat ini.
Artikel UMKM Menarik Lainnya:
- Pabriek Kopi Nata: Pioneer Kopi Decaf di Indonesia
- Kirey Gula Kelapa Semut: Saatnya Konsumsi Gula Indeks Glikemik Rendah
Kendala Pemasaran Masih Menghinggapi Pelaku UMKM Termasuk Cokelat Arina
Kendala yang dialami adalah pemasaran online atau digital marketing Saat ini penjualannya masih ke arah konsinyasi, masih titip jual untuk konsumsi umum di beberapa supermarket dan toko oleh-oleh di Jogja. Hal ini bu Rahmi terangkan karena sumber daya manusianya yang terbatas.
“Saya kan orang jadul gitu yah jadi belum begitu paham online. Untuk pemasarannya memang masih belum menyentuh marketplace manapun karena terkendala SDM dan belum siapnya akan pesanan yang membludak termasuk untuk administrasi dan pengiriman ke luar kota.”
Bu Rahmi mempunyai mimpi untuk semakin mengembangkan cokelat menjadi sebuah lifestyle sama seperti kopi. Ia juga memiliki visi untuk menjadikan cokelat sebagai salah satu budaya orang Indonesia dalam menikmati minuman sebagaimana orang menikmati kopi. Adapun keinginan beliau adalah setiap orang bisa berkata: ‘yuk nyoklat yuk, di samping ngopi yuk.’
Fokus dalam pengembangan bisnis cokelat, sementara ini brownies dibuat hanya untuk memenuhi pesanan. Tenang, masa kadaluarsa produk cokelat Arina maksimal sampai 6 bulan untuk yang orginial dan 2 bulan untuk olahan cokelat dengan varian rasa buah. Harganya cukup terjangkau lho yakni dibanderol mulai dari Rp. 15.000, Rp. 35.000, hingga Rp. 50.000.
Sebuah segmen UKM yang sangat menggiurkan. Rata-rata penjualan cokelat per bulan mencapai 30 kilo. Namun jika ada high season seperti hari raya Idul Fitri atau Natal biasanya jumlah permintaan lebih banyak.
“Kalau bicara modal zaman dulu juga sebenarnya alat sudah ada sejak bawaan manten (seserahan pengantin) hanya nambah sedikit untuk bahan. Saya juga di media sosial belum maksimal, ada yang tertarik namun hanya sekali saja. Makanya untuk konfirmasi selengkapnya biasanya lebih sering menggunakan whatsapp.“
Mengapa Perlu Konsumsi Cokelat?
“Saya ingin bentuk kesadaran dulu atau edukasi untuk cokelat itu bagaimana, bercerita tentang Arina, nah kalau ada yang butuh cokelat itu saya ada. Data tahun sebelumnya itu konsumen cokelat hanya 600 gram per kapita per tahun, kan ngeri! Padahal orang luar sendiri mengambil cokelat juga dari Indonesia. Dalam artian saya ingin ajak bagaimana kita bisa menikmati cokelat dari sisi lain.” katanya dengan harapan lebih untuk mengedukasi konsumen tentang cokelat.
Perlu kamu ketahui juga nih, alasan mengambil brand Arina. Nama Arina sebenarnya nama gabungan anak, suami, dan bu Rahmi sendiri lho! Unik yah. 🙂 Saat ini ada empat orang yang mengerjakan Arina Chocolate yakni di bagian produksi, keuangan dan beliau sendiri untuk pemasaran. Namun karena keterbatasan pengetahuan teknologi, menurutnya pemasaran online dalam media sosial maupun marketplace belum maksimal dan dipegang se-adanya.
“Saya ingin berbagi bahagia dengan cokelat dengan persuasi yuk nyoklat yuk, di samping yuk ngopi yuk!” pungkasnya.
Tertarik dengan Cokelat Arina?
Buat kamu yang juga ingin menikmati cokelat Arina / Arina Chocolate, kamu bisa menemukan oleh-oleh coklat khas Jogja ini di aplikasi Titipku! 😀
Download Aplikasi Titipku: play.google.com/store/apps/details?id=com.titipku.alpha
-
Kirey Gula Kelapa Semut: Saatnya Konsumsi Gula Indeks Glikemik Rendah! – Info UKM Titipku 07 January 2019[…] Arina Chocolate: Do you speak Chocolate? […]
-
KWT Melati Kulon Progo Manfaatkan Potensi dengan Produksi Abon Cabe – Info UKM Titipku 07 January 2019[…] Arina ChocolatE: Do You Speak Chocolate? […]
-
Bolu Tiwul Rosaline Angkat Kearifan Lokal Oleh-Oleh Khas Jogja – Info UKM Titipku 24 December 2018[…] Arina Chocolate: Do You Speak Chocolate? […]