Mengunjungi daerah Jawa, khususnya Yogyakarta dan Solo, kamu pasti akan menemukan banyak angkringan hampir di setiap sudut jalan di kedua kota tersebut. Mulai dari warung yang kecil, sampai angkringan “kekinian” dapat kamu temukan.
Makan di angkringan menjadi salah satu tujuan bagi para wisatawan bahkan penduduk lokal. Alasannya tentu saja karena harganya yang cukup terjangkau. Dengan uang 10 ribu, kamu sudah bisa makan nasi dengan lauk sekadarnya plus minum. Warung ini sangat cocok untuk mahasiswa ataupun pekerja saat dompet sedang tipis. Namun, di balik makanannya yang murah, pernahkah kamu berpikir esensi dari makan di angkringan?
angkringan atau wedangan?
Di Solo, angkringan lebih dikenal dengan istilah wedangan, diambil dari kata dasar wedang yang artinya minuman. Utamanya, wedangan di Kota Solo memang digunakan untuk duduk-duduk dan mengobrol, sambil ditemani berbagai minuman, dari wedang jahe, kopi, sampai teh atau jeruk.
Sementara itu, kata angkringan sendiri diambil dari kata angkring/ngangkring, yaitu makan dengan menaikkan salah satu kaki ke atas kursi. Apapun istilah yang digunakan, makan atau minum atau di warung ini tidak hanya sekadar digunakan untuk makan saja, tetapi juga untuk bercengkerama dengan masyarakat.
Bagi penduduk lokal, angkringan merupakan tempat berkumpul bagi masyarakat kelas bawah, ketika duduk dan ngangkring, mereka membicarakan hal-hal yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial dan bermasyarakat, dari kenaikan atau penurunan harga pokok, sampai pemerintahan. Tentunya, topik yang diangkat dibicarakan dengan santai sambil menikmati makanan yang disediakan. Itulah mengapa warung ini menjadi tempat favorit untuk mendiskusikan banyak hal secara informal.
Di sisi lain, angkringan juga mencerminkan salah satu nilai masyarakat Indonesia, yaitu gotong royong dan guyub rukun. Pernahkah kalian berpikir makanan dan camilan yang disediakan di sebuah gerobak dibuat semuanya sendiri oleh sang empunya? Tentu tidak. Biasanya sang empunya gerobak hanya menyediakan nasi, makanan, dan gorengan saja. Sisanya, seperti sate usus, sate telur, bakmi, merupakan titipan dari tetangga sekitarnya. Jika dalam sebuah masyarakat ada seseorang yang ingin membuka angkringan, masyarakat sekitar biasanya ikut membantu meramaikan dengan cara menitipkan makanan-makanan yang tidak disediakan oleh sang empunya.
Baca Juga: Angkringan Kopi Lanang Pak Har
angkringan saat ini
Seiring berkembangnya zaman, fenomena angkringan pun mulai bergeser. Kamu bisa menemukan warung ngangkring dengan harga yang jauh lebih mahal dengan tempat yang lebih nyaman. Misalnya, ada restoran bernuansa Jawa yang menyuguhkan aneka makanan pada sebuah meja prasmanan. Kita bebas mengambilnya, lalu kita antre ke kasir untuk dihitung berapa totalnya. Setelahnya, kita tinggal memilih di meja nomor berapa kita akan menyantap makanan itu.
Saat ini juga, kamu bisa memesan makanan dan minuman angkringan lewat aplikasi belanja online. Banyak pedagang wedangan yang mendaftarkan usahanya ke berbagai platform belanja online sehingga produk mereka bisa dibeli secara daring.
Baca Juga: Angkringan Ibu Sudarti, Gondangan
Jika kamu ingin merasakan kembali nikmatnya jajanan angkringan, bisa banget nih mencari lewat Aplikasi Titipku. Mulai dari warung sederhana sampai yang kekinian, bisa kamu beli #DariRumah.
Tunggu apalagi, yuk segera unduh dan cobain Aplikasi Titipku.