Titipku – Styrofoam tidak asing bagi masyarakat. Apalagi kebanyakan makanan olahan, sering dikemas dengan bahan ini jika konsumen menginginkan take away. Selain kertas minyak, bahkan banyak pedagang makanan kaki lima maupun restoran memilih Styrofoam untuk membungkus makanan.
Ada banyak mitos mengenai kemasan makanan jenis Styrofoam. Mulai dari dampaknya bagi kesehatan, tapi juga pada lingkungan. Banyak yang menganggap bahwa Styrofoam tidak mudah diurai alam sehingga bisa merusak lingkungan. Bagian ini, mitos atau fakta?
Sempat beredar pemberitaan bahwa Walikota Bandung kala itu, Ridwan Kamil, mengedarkan larangan menggunakan Styrofoam sebagai bungkus makanan. Dikarenakan banyaknya Styrofoam yang menumpuk di sungai.
Menurut Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB Akhmad Zainal Abidin, Styrofoam terlihat banyak dan menumpuk karena bahannya yang sangat ringan sehingga bisa mengapung. Menurutnya, ada banyak sampai lain yang berada di bawah Styrofoam, hanya tidak terlihat saja.
Jadi, anggapan Styrofoam bisa merusak lingkungan, faktanya adalah tidak sesuai.
Selanjutnya, menurut Akhmad, Styrofoam masih aman digunakan sebagai kemasan makanan sehari-hari. Hal ini dikarenakan Styrofoam terbuat dari polistirena atau polimer yang berasal dari minyak bumi.
Kandungan stirena memang memiliki zat karsinogenik yang bisa memicu pertumbuhan kanker saat berpindah pada makanan yang dikonsumsi. Tetapi, Styrofoam yang beredar di pasaran saat ini tidak menimbulkan kanker.
Asupan zat stirena yang pindah dari Styrofoam ke tubuh sebesar 0,46-12 miligram per orang per harinya. Kandungan ini juga bisa dibandingkan dengan kandungan stirena yang ada dalam telur sebesar 10 mikrogram per KG, dan stroberi sebesar 274 mikrogram per KG.
Artinya, kandungan zat stirena yang berpindah dari Styrofoam ke tubuh masih berada di bawah batas aman yang ditetapkan. Bahkan, stroberi saja masih besar kandungan stirenanya.
Terakhir, Styrofoam memang tidak bisa terurai secara alami. Tetapi kemajuan zaman seperti sekarang, Styrofoam tidak lagi harus mengandalkan penguraian alami.
Memang, butuh waktu 1000 tahun untuk terurai secara alami. Tetapi sekarang bisa dalam hitungan detik hingga menit. Bahkan tidak membutuhkan ruang yang banyak karena teknologi sudah berkembang.
Daur ulang Styrofoam lebih mudah dilakukan daripada kertas sebagai pengganti Styrofoam. Mengingat kertas dilapisi plastik dan harus dipisahkan terlebih dahulu untuk didaur ulang. Prosesnya bahkan lebih susah, lebih mahal, dan lebih tidak ramah lingkungan.
Menurut Akhmad, styrofoam bisa didaur ulang menjadi kerajinan, pigura, beton ringan untuk perumahan, dan pembersih senyawa sulfur yang digunakan perusahaan migas nasional Pertamina.
Nah, sekarang sudah dapat informasi yang cukup akurat bahwa Styrofoam tidak sepenuhnya berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan. Jadi, sekarang kamu tidak perlu terlalu parno berlebihan pada Styrofoam yak.
Styrofoam masih aman digunakan untuk membungkus makanan. Tak perlua kuatir, karena bahan ini telah teruji laboratorium dan hasilnya: aman.
Buat kamu yang masih bingung untuk menentukan packaging produk makanan “jualan”mu selain Styrofoam, konsultasikan ke Titipku yuk! Caranya, klik di sini. Titipku akan membantumu mewujudkan kemasan produk makanan impianmu!
Re-write: cnnindonesia.com
-
Benarkah Styrofoam Bisa Sebabkan Kanker? – Titipku 29 March 2020[…] Styrofoam bisa dibilang termasuk ke dalam kelompok plastik yang sering dijadikan kemasan. Harganya yang murah dan praktis dalam pemakaiannya menjadi daya tarik tersendiri bagi pelaku bisnis makanan. Namun efek samping yang ditimbulkan cukup buruk. […]