Titipku – Siapa yang tak mengenal Yogyakarta? Sebuah daerah berlokasikan di Jawa yang mendapatkan mandat untuk menjadi daerah istimewa pada tahun 1950. Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari tiga bagian diantaranya istimewa dalam bidang sejarah pembentukan daerah, bentuk pemerintahan, dan kepala pemerintahan (bpkp.go.id).
Nyatanya keistimewaan Yogyakarta tidak hanya sebatas itu. Aneka budaya yang terwujudkan dalam karya-karya sastra, tarian-tarian, dan berbagai budaya tutur lainnya semakin menambah istimewa daerah ini. Kehidupan masyarakat dan segala aktivitas kesehariannya juga mempunyai sisi menarik untuk ditelusur lebih dalam.
Masyarakat DIY tergolong heterogen dari segi agama dan budayanya. Menurut data kependudukan Kota Yogyakarta, setidaknya terdapat 6 agama meliputi Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghuchu, dan 1 kepercayaan lain yang tersebar di Yogyakarta. Sementara itu, budaya yang berkembang di wilayah ini terdiri dari budaya tangible (fisik) dan intangible (non fisik). Kedua jenis budaya tersebut direpresentasikan dalam 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 kawasan dan juga 30 museum (kemdikbud.go.id). Dapat dibayangkan betapa istimewanya daerah tersebut.
Berbicara tentang keistimewaan, tak lengkap rasanya jika tak menyinggung soal kuliner. Terlebih Yogyakarta terkenal dengan makanan tradisional legendaris yang tersebar di setiap kabupaten. Masing-masing kabupaten memiliki makanan khas daerahnya yang terlalu disayangkan jika tak mencoba untuk mencicipi. Kuliner menjadi sektor andalan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
Terlepas dari keindahan wisata baik alam maupun budaya yang tersebar di setiap kabupaten. Jika kamu masih belum sepenuhnya mengetahui apa saja makanan yang katanya legendaris ini, kamu wajib baca ulasan makanan khas Yogyakarta dalam artikel ini sampai akhir. Berikut makanan legendaris khas Yogyakarta yang tersebar di empat kabupaten dan satu kota di DIY.
Tiwul
Tiwul merupakan makanan legendaris yang berasal dari Kabupaten Gunungkidul. Daerah ini sendiri memiliki potensi hasil pertanian lahan kering seperti singkong dan berbagai jenis umbi-umbian lainnya. Sehingga tak heran jika tiwul menjadi makanan khas sejak jaman dahulu. Tiwul ini berbahan dasar singkong yang dikeringkan.
Cara pembuatannya cukup sederhana yakni dengan menumbuknya sampai menjadi tepung lalu diberi sedikit air dengan diayak menggunakan tangan. Masyarakat menyebutnya dengan diinthil. Setelah itu, adonan dikukus hingga matang. Tiwul menjadi makanan pengganti nasi karena kandungan karbohidrat yang tinggi di dalamnya. Makanan ini dapat disandingkan dengan aneka lauk pauk dan yang paling khas yaitu ikan asin dan sambal bawang.
Dewasa ini, masyarakat mengembangkan inovasi tiwul menjadi berbagai varian rasa seperti tiwul manis. Tiwul varian ini lebih lembut dan kerapkali disajikan bersamaan dengan gathot (makanan tradisional lain yang berbahan dasar singkong) dengan topping parutan kelapa dan gula jawa.
Growol
Jika berkunjung ke Kulonprogo kamu pasti akan menjumpai makanan legendaris yang satu ini. Ya benar, growol. Growol merupakan salah satu olahan makanan yang berbahan dasar singkong. Tidak jauh beda dengan tiwul, growol ini juga digunakan sebagai pengganti nasi. Hanya saja ada sayuran khusus yang biasa disandingkan dengannya yakni sayur bengesek (tempe benguk).
Hambar dan gurih merupakan rasa khas dari growol. Makanan ini sangat populer pada tahun 90an. Hingga sekarang masih dapat dijumpai di Kulonprogo dan menjadikan makanan ini tetap legendaris sampai hari ini. Kamu dapat menemukannya di pasar-pasar tradisional yang ada di Kulonprogo dengan harga yang sangat terjangkau pastinya. Namun, saat ini growol sudah banyak dijadikan produk inovasi oleh masyarakat dengan mengembangkan varian rasa dan bentuk lainnya seperti dijadikan brownies growol.
Geplak
Tidak kalah unik dengan wilayah lain, Bantul juga memiliki makanan legendaris yang harus kamu coba. Kabupaten ini terkenal dengan olahan parutan kelapa bercampurkan gula yang dikenal dengan sebutan geplak.
Awalnya, geplak hanya terdiri dari dua varian warna yaitu putih dan coklat. Warna putih terbentuk dari gula tebu dan warna coklat terbentuk dari gula jawa. Seiring perkembangan kreativitas masyarakat setempat, geplak kini disajikan dalam berbagai varian warna. Sekilas memang bentuknya seperti bola-bola pelangi karena bentuknya yang bulat-bulat dan berwarna-warni.
Namun, cita rasa dan teksturnyalah yang membedakan makanan ini dengan olahan lain. Geplak memiliki rasa manis dan tekstur yang padat. Berbeda dengan olahan sebelumnya di Gunungkidul dan Kulonprogo yang kerap disandingkan dengan lauk pauk, geplak Bantul ini dapat dimakan langsung seperti halnya sajian camilan. Dari segi pengemasan geplak juga tergolong unik karena menggunakan besek yang terbuat dari anyaman bambu.
Salak Pondoh
Berbeda dengan ulasan sebelumnya, kali ini Sleman datang dengan mengenalkan makanan khasnya yaitu buah salak pondoh (Salacca edulis Reinw). Salak jenis ini menjadi komoditas unggulan dari tanaman pangan dan sektor holtikultura di Kabupaten Sleman.
Ciri yang mendasar dari buah ini yakni bentuknya bulat telur dengan kulit buah coklat dan tipis. Warna daging buahnya putih susu dengan rasa khas manis sejak masih muda. Tanaman salak ini mudah tumbuh dan dapat berbuah sepanjang tahun. Sehingga akan mudah untuk ditemui.
Masyarakat Sleman menyajikan salak menjadi bermacam olahan khas seperti manisan, kripik, bubur atau jenang. Salah satu olahan yang legendaris adalah jenang salak. Jenang ini sama halnya dengan dodol garut, akan tetapi memiliki rasa khas manis salak di dalamnya. Olahan ini tergolong dalam jajanan pasar yang mudah kamu temui di pasar-pasar tradisional bahkan pusat oleh-oleh sekalipun.
Wedang Ronde
Selain makanan, olahan minumanpun juga menjadi ikon Kota Yogyakarta yang semakin membuat orang rindu akan kota ini. Salah satu minuman yang begitu legendaris di tengah masyarakat yaitu wedang ronde.
Wedang ini terbuat dari racikan rempah dan bahan lainnya seperti jahe, daun pandan, serai, kolang kaling, kacang tanah, gula, dan irisan roti tawar. Bahan-bahan rempah digeprek dan diambil sarinya untuk dilarutkan bersama gula dalam air hangat. Sementara kolang-kaling, kacang tanah, irisan roti tawar digunakan sebagai isi dari wedang tersebut.
Perlu diketahui, yang tidak boleh ketinggalan dari komposisi minuman ini adalah bola ketan yang disebut dengan ronde. Sekilas wedang ini mirip sekoteng, bahkan beberapa orang dari luar mengira ini adalah minuman yang sama. Namun, ternyata ada ciri khas masing-masing diantara keduanya. Jadi, jika kamu bermain ke Kota Yogyakarta sempatkan waktumu untuk sekedar mampir dan menikmati sajian wedang yang dapat menghangatkan tubuh di malam hari.
Tertarik untuk mencicipi aneka jajanan pasar yang masuk makanan legendaris dari empat kabupaten dan satu kota yang ada di Yogyakarta? Ayo datang dan kunjungi pasar-pasar tradisional yang ada di Yogyakarta!
Agar momen tersebut tidak terlupakan begitu saja, kamu juga dapat membagikan ulasan mengenai kuliner legendaris Yogyakarta melalui Aplikasi Titipku. Tulis apapun yang kamu peroleh seputar lokasi-lokasi pasar tradisional tempat menjajakan kuliner tersebut atau kisah para pedagang yang ada di pasar itu. Jadilah pelopor penjelajah UMKM di seluruh Indonesia mulai dari hal-hal terdekatmu!
-
Hobi Masak Mengantarkan Bu Eka pada Bisnis Catering – 06 November 2022[…] dan putri salju. Kemudian, kue basah yang dijual yaitu brownies, bolu jadul, pie dan aneka jajanan pasar. Sedangkan catering, menu dibuat beda setiap hari dalam seminggu agar konsumen tidak bosan. Menu […]
-
Manfaat Sehat Minyak Biji Bunga Matahari Yang Perlu Kamu Tahu – Titipku 18 September 2019[…] Jogja, kamu bisa memilih pasar yang sesuai dengan kebutuhanmu dari Titip ke Pasar by Titipku. Ada Pasar Demangan, Pasar Kranggan, Pasar Condongcatur, Pasar Beringharjo, Pasar Prawirotaman, dan […]